Review
Ketika Joko Anwar Bikin Film Dengan Latar SMA | Review Pengepungan di Bukit Duri (2025)
Ketika Joko Anwar Bikin Film Dengan Latar SMA | Review Pengepungan di Bukit Duri (2025)

Karya terbaru Joko Anwar yang mengambil latar sebuah SMA di Jakarta. Film yang benar-benar berani diangkat oleh Joko Anwar karena ceritanya yang cukup sensitif ini menarik perhatian banyak orang. Meskipun berani mengangkat isu sensitif, belum tentu film ini bagus, bukan?

Review Pengepungan di Bukit Duri

Rating Pengepungan di Bukit Duri


Film SMA Joko Anwar

Review Pengepungan di Bukit Duri

Joko Anwar sang sutradara ternama di Indonesia pernah mengatakan kalau ia mau bikin film dengan latar SMA dan inilah dia. Pengepungan di Bukit Duri menjadi sebuah film SMA yang kurang cocok untuk ditonton anak SMA. Geser sedikit dari genre horror, Joko Anwar memberikan nuansa film Thriller yang menegangkan.

Meskipun membawakan latar baru, ciri khas film ala Joko Anwar tidak terlalu banyak berubah. Pro dan Kontra bertebaran dalam pikiran mimin sebagai penulis. Apakah ciri khas ini digunakan sebagai identitas sebuah film yang dibuat Joko Anwar, atau karena Joko Anwar kehabisan ide membuat adegan yang lain?

Konsep yang Berani

Review Pengepungan di Bukit Duri

Sebuah isu sensitif yang cukup jarang dibahas di negara ini yaitu perihal rasisme. Mengambil latar tahun 2009 dan timeskip ke 2027, Indonesia digambarkan sebagai negara yang memiliki isu intoleransi terhadap keturunan Tionghoa bahkan sampai tingkat yang sangat parah.

Hal inilah yang menjadi konflik utama dalam film ini dengan konsep thriller action. Sayang cukup sayang, konsep yang berani ini tidak menghasilkan storytelling yang menarik dan fresh. Berawal dari thriller-action, film ini berakhir dengan konsep survival yang biasa ada pada film thriller pada umumnya.

Classic Thriller

Review Pengepungan di Bukit Duri

Film thriller sendiri yang tidak horror jarang ada di Indonesia membuat film “Pengepungan di Bukit Duri” terasa sedikit eksklusif terutama dengan mengangkat isu rasisme. Jalannya cerita dari awal film berkembang dengan cukup bagus, membangun rasa tegang yang menyatu dengan karakter utamanya, Edwin.

Perkembangan cerita yang bagus ini seperti berhenti di tengah film. Hingga akhir, film ini tidak lagi terasa spesial. Cerita berubah menjadi Thriller survival yang seperti hide and seek, konsep yang sangat umum dan sering digunakan di banyak film thriller. Masih banyak hal yang mengejutkan, namun hal yang seharusnya paling mengejutkan justru yang paling mudah ditebak di film ini.

Praise the Visual

Review Pengepungan di Bukit Duri

Memilih Morgan Oey sebagai karakter utama yang keturunan Tionghoa, menurut mimin pribadi rasanya kurang cocok. Beruntungnya, akting Morgan disini sangat hebat dikombinasikan dengan koreografi action yang keren. Omara Esteghlal sebagai villain utama pun dapat akting dengan hebat.

Selain mereka, gak ada yang menarik perhatian mimin secara khusus. Mungkin yang mengecewakan adalah wanita di bar yang sepertinya bisa dibuat penting namun ternyata numpang lewat aja. Secara sinematografi sendiri ciri khas Joko Anwar yang sering mengambil panning shot dengan cepat untuk memperlihatkan dua kondisi yang terjadi bersamaan.

Toxic Words Everywhere

Review Pengepungan di Bukit Duri

Sepanjang film berjalan kita akan membiasakan diri mendengarkan kata-kata kasar yang selalu diucapkan hampir setiap menitnya. Jika melihat latar filmnya, hal ini memang cukup wajar membuat para karakter memiliki rasa kesal dan emosi yang meluap. Namun, apakah memang perlu digunakan sesering ini?

Banyak kata kasar yang overused. Sebagian memang tepat untuk menggambarkan luapan emosi karakter, namun sebagian lainnya terkesan dipaksakan. Jika diingat-ingat lagi, sepertinya ada satu atau beberapa dialog karakter yang isinya hanya kata kasar. Menyesuaikan dengan latar belakang karakter memang baik, namun ini terlalu berlebihan.

Conclusion

Review Pengepungan di Bukit Duri

Joko Anwar benar-benar berani mengangkat isu sensitif menjadi sebuah film yang eksekusinya pun tidak main-main. Eksplorasi terhadap genre thriller action yang jarang ada di Indonesia membuat film ini menjadi lebih istimewa. Dengan akting dan visual yang bagus, Joko Anwar mendatangkan konsep fresh untuk barisan karya yang ia buat.

Cukup disayangkan memang beberapa hal kurang dimaksimalkan seperti pemilihan aktor yang kurang cocok dengan latar belakang karakternya serta tengah hingga akhir film yang perkembangan cerita yang stuck di tengah hingga akhir film.

Bukan film yang buruk, namun bukan yang sempurna juga. Dengan pro kontra yang ada, mimin cukup merekomendasikan bagi kalian yang suka dengan film action-thriller.

Silahkan berdiskusi melalui post instagram kami mengenai film "Pengepungan di Bukit Duri" pada link di bawah.

 

Tagar