Jepang Tren Menikah di Jepang: 1 dari 3 Pria Diprediksi Tetap Lajang

Fenomena Menurunnya Minat Menikah di Jepang

Pernikahan semakin jarang menjadi pilihan utama bagi generasi muda di Jepang. Berdasarkan studi terbaru dari Institut Nasional Riset Sosial Jepang, diperkirakan bahwa 30% pria dan 20% wanita akan tetap lajang seumur hidup pada tahun 2040. Tren ini menunjukkan perubahan besar dalam pola hidup masyarakat Jepang, yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti kondisi ekonomi, perubahan budaya, dan pilihan hidup individu.

Grafik berikut menunjukkan estimasi pria dan wanita tidak menikah hingga tahun 2050

Grafik berikut menunjukkan estimasi pria dan wanita tidak menikah hingga tahun 2050

Menurut laporan "Future Estimates of the Number of Households in Japan (Nationwide Estimates)," perkiraan angka lajang di Jepang mengalami peningkatan signifikan. Pada 2020, tingkat lajang seumur hidup mencapai 28,3% untuk pria dan 17,8% untuk wanita. Diperkirakan pada 2040, angka ini akan mencapai 30,4% untuk pria dan 22,2% untuk wanita, sebelum menurun menjadi 28,4% dan 20,1% pada 2050.

Angka Pernikahan Menurun Drastis

Penurunan jumlah pernikahan dalam beberapa tahun terakhir dapat dikaitkan dengan pandemi COVID-19 yang membatasi pertemuan sosial dan menghambat peluang bagi individu muda untuk membangun hubungan. Statistik menunjukkan bahwa jumlah pernikahan pertama turun sebesar 9% pada 2021, 4% pada 2022, dan diperkirakan turun 5-6% pada 2023. Dengan demikian, angka lajang cenderung terus meningkat setidaknya hingga 2025.

Source  Image Mart 3

Source Image Mart 3

Faktor utama dari penurunan ini adalah dampak pandemi COVID-19 yang membatasi pertemuan sosial dan menyebabkan banyak pasangan menunda pernikahan. Selain itu, kondisi ekonomi yang sulit membuat banyak orang ragu untuk membangun rumah tangga. Dengan biaya hidup yang meningkat dan daya beli masyarakat yang melemah, menikah bukan lagi prioritas bagi banyak generasi muda Jepang.

2040: Puncak Tingkat Kesendirian

Menurut penelitian, angka orang yang tetap lajang seumur hidup akan mencapai puncaknya pada tahun 2040, dengan 30% pria dan 20% wanita tidak menikah hingga usia 50 tahun. Hal ini berarti bahwa mereka kemungkinan besar tidak akan menikah seumur hidup.

Namun, yang menarik adalah prediksi bahwa angka ini akan mulai menurun pada 2050. Para peneliti menduga bahwa generasi muda yang lahir sekitar tahun 2000 mungkin memiliki pola pikir berbeda dan kembali mempertimbangkan pernikahan sebagai bagian dari kehidupan mereka. Meski demikian, prediksi ini masih menjadi perdebatan, mengingat tren saat ini justru menunjukkan bahwa semakin banyak orang yang memilih untuk tetap lajang.

Faktor yang Membuat Orang Tidak Menikah

Beberapa alasan utama mengapa banyak orang Jepang memilih untuk tidak menikah antara lain:

  1. Tekanan Ekonomi: Biaya hidup tinggi dan gaji yang stagnan membuat banyak orang merasa tidak mampu membangun rumah tangga.
  2. Perubahan Budaya: Meningkatnya tren “selective single”, di mana seseorang memilih untuk tetap sendiri karena merasa lebih nyaman tanpa pasangan.
  3. Gaya Hidup Modern: Banyak individu yang lebih fokus pada karier dan kehidupan pribadi dibandingkan membangun keluarga.

Selain itu, ada pula tren “selective childfree”, di mana pasangan yang sudah menikah memutuskan untuk tidak memiliki anak. Faktor-faktor ini semakin memperkuat tren menurunnya angka pernikahan di Jepang.

Masa Depan Pernikahan di Jepang

Meskipun ada prediksi bahwa angka orang yang tetap lajang akan turun pada tahun 2050, realitasnya masih bisa berubah. Jika tren ketidakminatan menikah terus berlanjut, maka angka lajang bisa tetap tinggi atau bahkan meningkat. Generasi muda yang saat ini berusia 20-an hingga 30-an akan menjadi faktor penentu dalam perubahan pola pernikahan di Jepang.

Keputusan untuk menikah atau tetap sendiri bukan hanya soal preferensi pribadi, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang terus berkembang. Dengan tantangan yang ada saat ini, Jepang harus mencari cara untuk mengatasi penurunan angka pernikahan jika ingin menjaga keseimbangan populasi dan struktur sosialnya di masa depan.

 

Yahoo Japan

 

Penulis
Danindra
Danindra
bang Dan