Rumah Sakit di Jepang Berikan Dukungan dan Inovasi untuk LGBTQ+
Rumah sakit di Jepang mulai mengembangkan layanan inklusif bagi LGBTQ+, memastikan perawatan kesehatan yang aman dan nyaman bagi semua pasien.
Selasa, 4 Maret 2025 | 21:46 WIB

Inovasi Rumah Sakit Jepang dalam Mendukung LGBTQ+
Meningkatnya kesadaran akan hak dan kebutuhan komunitas LGBTQ+ mendorong sejumlah rumah sakit di Jepang untuk mengadopsi program inklusif. Dengan pendekatan yang lebih ramah dan sensitif, rumah sakit ini bertujuan untuk mengurangi hambatan psikologis yang sering dialami oleh pasien LGBTQ+ saat mengakses layanan kesehatan. Melalui inovasi dan kebijakan yang mendukung, mereka memastikan bahwa semua pasien mendapatkan perawatan yang adil dan nyaman.
Komitmen Rumah Sakit untuk Lingkungan Inklusif
Seibo Hospital: Membangun Kesadaran dan Kebijakan Inklusif
Salah satu rumah sakit yang telah mengambil langkah besar dalam mendukung LGBTQ+ adalah Seibo Hospital di Tokyo. Rumah sakit ini memperkenalkan leaflet informatif yang menegaskan komitmen mereka terhadap lingkungan tanpa diskriminasi. Simbol pelangi yang terpampang di meja informasi umum menjadi bukti nyata dari dukungan mereka terhadap hak-hak LGBTQ+.
Selain itu, Seibo Hospital juga mendukung sistem kemitraan sesama jenis yang telah diperkenalkan di beberapa wilayah Jepang. Program ini memungkinkan pasangan sesama jenis untuk mendapatkan layanan medis tanpa hambatan administratif. Menurut kepala perawat Seibo, Tomomi Yamamoto, rumah sakit ini mengadopsi manual SOGI pada tahun 2022 untuk memastikan perawatan yang lebih baik bagi pasien transgender.
Tantangan dan Hambatan dalam Akses Layanan Kesehatan
Ketakutan Pasien LGBTQ+ untuk Mendapatkan Perawatan
Sebuah survei pada 2019 yang dilakukan oleh Yasuharu Hidaka dari Universitas Takarazuka mengungkap bahwa 8,3% individu LGBTQ+ di Jepang enggan mengunjungi fasilitas medis karena takut mengalami diskriminasi. Angka ini jauh lebih tinggi pada kelompok transgender, dengan 38,8% pria transgender dan 51,2% wanita transgender yang menghindari rumah sakit.
Beberapa alasan utama yang dikemukakan oleh para responden meliputi penolakan langsung dari tenaga medis, serta penggunaan bahasa yang diskriminatif dalam komunikasi dengan pasien LGBTQ+. Keengganan ini tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga meningkatkan risiko gangguan mental di kalangan komunitas tersebut.
Peran Rumah Sakit Akademik dalam Mendorong Perubahan
Kochi Medical School Hospital dan Langkah Progresifnya
Kochi Medical School Hospital di Prefektur Kochi menjadi rumah sakit universitas publik pertama yang membentuk tim pendukung bagi komunitas LGBTQ+ pada tahun 2023. Program ini mengambil inspirasi dari inisiatif yang telah lebih dulu dijalankan oleh Juntendo University Hospital di Tokyo.
Tim ini terdiri dari sekitar 10 dokter dan perawat yang memiliki pengalaman dalam menangani pasien dengan HIV, serta mereka yang memiliki kebutuhan khusus terkait identitas gender dan orientasi seksual. Selain memberikan perawatan medis, mereka juga mengadakan seminar dan mendistribusikan lencana pelangi sebagai simbol dukungan terhadap komunitas LGBTQ+.
Menurut Seisho Takeuchi, pemimpin tim di Kochi Medical School, rumah sakit nasional memiliki pengaruh besar terhadap institusi medis lainnya. Oleh karena itu, mereka aktif berbagi informasi dan berkolaborasi dengan rumah sakit lain untuk memperluas dukungan bagi komunitas LGBTQ+ di seluruh Jepang.
Masa Depan Perawatan Kesehatan Inklusif di Jepang
Membangun Jaringan Rumah Sakit yang Ramah LGBTQ+
Dengan semakin banyak rumah sakit yang mengadopsi kebijakan inklusif, masa depan layanan kesehatan bagi LGBTQ+ di Jepang tampak semakin cerah. Melalui kerja sama antara rumah sakit, akademisi, dan komunitas, Jepang berusaha menciptakan sistem perawatan kesehatan yang lebih adil dan ramah bagi semua orang.
Perubahan ini tidak hanya memberikan dampak positif bagi pasien LGBTQ+, tetapi juga meningkatkan kesadaran di kalangan tenaga medis tentang pentingnya pelayanan yang bebas dari prasangka. Dengan terus mendorong inovasi dan keterbukaan, rumah sakit di Jepang dapat menjadi contoh bagi negara lain dalam menciptakan layanan kesehatan yang inklusif dan berorientasi pada kebutuhan pasien.
Ⓒ KYODO
Penulis

Danindra
bang DanBaca Juga
.webp)
.webp)
.webp)

