Prefektur Tokyo Terapkan Kebijakan Bekerja 4 Hari Dalam Satu Minggu Untuk Atasi Krisis Populasi
Rabu, 25 Desember 2024 | 15:54 WIB
Jakarta – Ibu kota Jepang, Tokyo akan menerapkan kebijakan empat hari kerja dalam satu minggu untuk pegawai pemerintah. Hal ini dilakukan sebagai upaya pemerintah dalam membantu ibu yang bekerja dan untuk meningkatkan angka kelahiran di negara bunga Sakura tersebut.
Pemerintah metropolitan Tokyo mengatakan bahwa peraturan baru tersebut akan dimulai pada bulan April tahun 2025. Setiap karyawan akan diberikan libur tiga hari setiap minggunya untuk digunakan istirahat maupun kegiatan rekreasi dengan keluarga.
“Kami akan meninjau gaya kerja dengan fleksibilitas, serta memastikan tidak ada seorang pun yang harus meninggalkan karier mereka karena kejadian dalam hidup seperti melahirkan atau mengasuh balita,” ucap Gubernur Tokyo Yuriko Koike saat ia mengungkap rencana kebijakan baru tersebut dalam pidatonya.
“Sekarang saatnya Tokyo untuk melakukan Tindakan inisiatif untuk melindungi dan meningkatkan tingkat kehidupan masyarakat dari segi mata pencaharian, dan ekonomi masyarakat selama masa-masa yang penuh tantangan bagi negara ini,” tambahan yang dikutip dari CNN.
Diketahui angka kelahiran di Jepang sangat rendah, angka kelahiran di Jepang mengalami penurunan selama bertahun-tahun. Menurut Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan hanya 727.277 kelahiran yang tercatat tahun lalu. Dengan angka kelahiran menyentuh titik terendah pada nilai 1.2 diharapkan dengan adanya kebijakan baru dapat membuat populasi Jepang tetap stabil bahkan meningkat jika memungkinkan.
Disisi lain pemerintah Jepang juga telah membuat serangkaian kebijakan untuk memulihkan krisis kelahiran yang terjadi di Jepang, termasuk memastikan pria di Jepang mengambil cuti ayah. Penurunan angka kelahiran di Jepang ini menurut banyak Sosiolog disebabkan oleh budaya kerja Jepang yang tidak kenal ampun dan meningkatkan biaya hidup secara signifikan.
Pembuatan kebijakan empat hari kerja ini memicu minat yang tinggi di negara Barat. Beberapa perusahaan mulai melakukan eksplorasi terhadap jam kerja pegawai untuk mendapatkan keseimbangan hidup.
Beberapa penelitian memperlihatkan hasil positif antara hari kerja dengan tingkat kesejahteraan dan produktivitas diantara para pekerja yang mengalami peningkatan. Walaupun demikian hal ini masih dianggap radikal oleh sebagian perusahaan di Jepang yang sering kali menyamakan waktu kerja dengan loyalitas terhadap perusahaan.