Industri Anime Jepang Krisis Animator, Butuh 30.000 Tenaga Baru
Industri anime Jepang krisis tenaga kerja. Kekurangan 30000 animator akibat gaji rendah dan pelatihan terbatas.
.webp)
.webp)
Anime telah menjadi bagian penting dari industri kreatif global, namun di balik gemerlap kesuksesannya, industri anime Jepang kini sedang menghadapi krisis besar. Jumlah animator terus menurun, sementara permintaan pasar terhadap anime justru mengalami lonjakan tajam. Dengan target ekspor mencapai 20 triliun yen pada 2033, industri anime kini ditantang untuk segera menyelesaikan masalah kekurangan tenaga kerja yang semakin parah.
Krisis Industri Anime Jepang Akibat Minimnya Animator
Industri anime Jepang tengah menghadapi situasi serius. Meskipun pasar anime terus berkembang, dengan nilai mencapai 3,34 triliun yen pada tahun 2023, jumlah tenaga kerja justru mengalami penurunan drastis. Proyeksi terbaru menyebutkan bahwa jumlah animator bisa menurun hampir 30% pada tahun 2050. Kekurangan animator ini menjadi ancaman besar bagi industri anime, terutama di tengah target ekspor anime Jepang yang ambisius, yakni sebesar 20 triliun yen pada tahun 2033. Jika krisis ini tidak segera diatasi, keberlanjutan produksi anime akan sangat terganggu.
Gaji Animator yang Rendah dan Beban Kerja Tak Seimbang
Salah satu masalah utama yang membayangi industri anime adalah rendahnya gaji dan beban kerja yang tidak proporsional. Para animator, khususnya animator junior, hanya mendapatkan penghasilan sekitar 2,4 juta yen per tahun. Sementara itu, tekanan kerja yang tinggi membuat banyak animator senior harus melakukan lembur demi memperbaiki kesalahan yang dilakukan animator baru. Ketimpangan ini menyebabkan banyak animator memutuskan untuk meninggalkan industri anime, sehingga memperburuk krisis kekurangan tenaga animator.
Terbatasnya Pelatihan Membuat Karier Animator Semakin Sulit
Minimnya pelatihan profesional juga menjadi hambatan besar dalam menarik animator baru ke dalam industri anime. Banyak calon animator yang mengalami kesulitan masuk karena universitas dan sekolah vokasi belum mampu memenuhi kebutuhan praktis dunia industri. Saat ini, pelatihan bagi calon animator masih mengandalkan sistem magang atau akademi internal milik studio, seperti TMS, Bandai Namco Filmworks, dan Pierrot. Sayangnya, jumlah pelatihan tersebut masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan 30000 tenaga kerja animator yang dibutuhkan oleh industri anime Jepang.
Studio Anime Mulai Membuka Akademi Pelatihan Animator
Sebagai langkah strategis, sejumlah studio mulai mendirikan akademi internal untuk mencetak animator baru. Bandai Namco misalnya, telah membuka dua Sunrise Academy sebagai tempat pelatihan bagi animator dan seniman latar masa depan. Sementara itu, studio Pierrot secara rutin mengadakan pelatihan dua kali sebulan untuk membekali calon animator dengan keterampilan teknis serta pengetahuan tentang manajemen produksi dalam industri anime. Langkah ini merupakan bentuk upaya konkret dalam mengatasi krisis kekurangan animator yang terus menghantui industri anime Jepang.
Reformasi Sistem Jadi Harapan Bagi Masa Depan Industri Anime
Meskipun beberapa upaya telah dilakukan oleh pihak studio, industri anime masih menghadapi ketidakpastian. Jika tidak ada reformasi serius dalam sistem bisnis dan pendanaan, kekurangan animator akan terus membayangi masa depan industri ini. Dengan permintaan global terhadap anime yang terus meningkat, keberlangsungan produksi sangat bergantung pada ketersediaan tenaga kerja animator yang memadai. Tanpa itu, sulit bagi Jepang untuk mempertahankan reputasi sebagai pusat produksi anime terbaik di dunia.
Rekomendasi

Shion Hinamoto Umumkan Selesai dengan karir sebagai Seiyuu
2 jam yang lalu
Novel Kunoichi Ninpōchō karya Futaroh Yamada akan Mendapat Adaptasi Manga
6 jam yang lalu
Manga World Trigger Kembali Hiatus karena Kondisi Kesehatan Sang Mangaka
6 jam yang lalu.webp)
Nonton Donghua To Be Hero X Episode 18 Sub Indo, Preview dan Jadwal Rilis
6 jam yang lalu