Jepang
Jumlah Wisatawan Lokal Jepang Menurun Drastis
Jumlah Wisatawan Lokal Jepang Menurun Drastis

Fenomena penurunan jumlah wisatawan lokal Jepang semakin mencolok dalam beberapa tahun terakhir, ditandai dengan turunnya jumlah perjalanan domestik secara signifikan. Laporan pemerintah Jepang baru-baru ini menunjukkan bahwa walaupun jumlah turis asing meningkat, masyarakat lokal justru memilih untuk tidak bepergian karena tingginya biaya perjalanan domestik dan semakin padatnya tempat wisata. Hal ini menjadi sorotan penting karena berdampak pada keberlangsungan pariwisata dalam negeri Jepang.

Penurunan Wisata Domestik di Tengah Kenaikan Wisata Asing

Laporan tahunan dari Kabinet Jepang menunjukkan bahwa pada tahun 2024, sebanyak 540 juta wisatawan lokal melakukan perjalanan domestik, turun 8,2 persen dibandingkan tahun 2019. Sementara itu, jumlah turis asing justru mencapai rekor baru dengan 36,87 juta pengunjung. Penurunan ini tidak bisa hanya dikaitkan dengan angka kelahiran rendah, karena secara demografis, populasi Jepang belum menyusut sebanyak itu sejak 2019.

Pemerintah menyarankan pendekatan kreatif untuk meningkatkan minat perjalanan domestik, seperti program bekerja sambil liburan di restoran dan penginapan lokal di Kotohira, serta pertukaran budaya dan pertanian di daerah pedesaan seperti Niigata dan Nagano. Meski demikian, masyarakat tetap ragu, karena biaya hidup meningkat, dan pengalaman perjalanan tidak lagi terasa nyaman atau terjangkau bagi banyak orang.

Biaya Perjalanan Domestik Jepang Kian Melonjak

Salah satu alasan utama penurunan perjalanan wisatawan lokal Jepang adalah naiknya biaya hotel dan makanan. Kelemahan nilai tukar yen membuat wisatawan asing dengan mata uang kuat mampu membayar harga tinggi, sehingga pelaku usaha pariwisata menaikkan tarif mereka. Namun, bagi warga lokal, biaya perjalanan dalam negeri kini dianggap terlalu mahal.

Komentar warganet mencerminkan keresahan ini, seperti “Saya merasa seperti dirampok saat bepergian di Jepang sekarang” atau “Hotel terlalu mahal, sesederhana itu.” Fenomena ini menciptakan jurang antara mereka yang masih mampu berwisata lokal dan yang memilih tinggal di rumah karena tekanan keuangan.

Keramaian dan Turis Asing Jadi Penghalang Liburan

Selain soal biaya, masalah lain yang dikeluhkan warga Jepang adalah keramaian destinasi wisata. Kota-kota populer seperti Kyoto dan Shibuya kini semakin penuh oleh turis mancanegara, menyebabkan kenyamanan wisata lokal menurun drastis. Bahkan, banyak yang merasa jenuh dan enggan berlibur jika harus berdesakan di lokasi yang sudah terlalu padat.

Beberapa warganet menulis komentar seperti “Saya sudah cukup dengan kereta yang padat saat kerja, tidak mau liburan di tempat ramai juga” atau “Kalau tidak padat dengan turis, saya mau ke sana.” Kondisi ini membuat sebagian besar masyarakat memilih perjalanan singkat atau day trip dibandingkan menginap, untuk menghindari stres dan biaya tambahan.

Ketimpangan Pengeluaran Liburan Antar Warga Jepang

Meski jumlah wisatawan lokal menurun, total pengeluaran pariwisata domestik Jepang mencapai lebih dari 25 triliun yen, tertinggi sepanjang sejarah. Artinya, mereka yang masih bepergian cenderung berasal dari kalangan yang memiliki dana lebih. Dalam kondisi seperti ini, liburan dalam negeri Jepang berubah dari kebutuhan menjadi barang mewah yang tidak semua orang bisa nikmati.

Kesenjangan ini memperparah situasi karena membuat pelaku industri pariwisata makin fokus pada pasar turis asing, dan mengabaikan warga lokal. Jika tren ini berlanjut, potensi siklus negatif akan muncul: makin sedikit wisatawan lokal, makin tergantung bisnis pada turis luar, dan makin tidak menarik bagi masyarakat Jepang sendiri.

 

Sumber: ©︎ Sora News 24 | Dok: © Pakutaso