Berita Melampaui Dunia Fantasi: Bagaimana Genre Isekai Merefleksikan Produksi Anime Global

Genre isekai, yang mengisahkan tentang seseorang yang terlempar ke dunia lain, kini menjadi raja di lanskap anime, menggantikan popularitas lama robot raksasa dan gadis penyihir. Dengan puluhan judul tersedia dan banyak lagi yang akan dirilis pada 2025, isekai telah menjadi fenomena besar.

Biasanya, cerita-cerita ini mengikuti karakter utama—seorang remaja atau pegawai kantoran dari Jepang yang mendadak berpindah ke dunia fantasi penuh ksatria dan naga. Kadang mereka terlahir kembali setelah kematian, dipanggil secara ajaib, atau bahkan terjebak dalam video game. Di dunia baru ini, mereka membangun kehidupan baru, berteman, melawan musuh, dan mempelajari rahasia dunia tersebut.

Isekai: Lebih dari Sekadar Genre

Popularitas isekai mulai meroket sejak tahun 2012 dan mencapai puncaknya di pertengahan 2021 hingga kini. Tren ini bertepatan dengan upaya Jepang mempromosikan budaya popnya ke dunia melalui inisiatif Cool Japan. Isekai juga bisa dilihat sebagai kategori globalisasi anime: seperti protagonisnya yang beradaptasi dengan dunia baru, anime juga melintasi batas negara dan beradaptasi dengan pasar global.

1

The Wrong Way to Use Healing Magic (2024)

Sebagai contoh, anime The Wrong Way to Use Healing Magic (2024) menggambarkan tiga remaja Jepang yang berpindah ke dunia lain dan diberi “keajaiban penerjemahan otomatis” untuk memahami bahasa asing. Ini seperti metafora kerja keras tim penerjemah yang membuat anime bisa dinikmati secara global. Reaksi para karakter terhadap dunia baru ini mencerminkan beragam cara anime diterima di luar Jepang—mulai dari skeptis hingga akhirnya menjadi bentuk apresiasi.

Dinamika Lintas Budaya dalam Produksi Anime

Isekai tak hanya bercerita tentang petualangan di dunia lain, tapi juga mencerminkan proses produksi anime itu sendiri. Dalam As a Reincarnated Aristocrat, I'll Use My Appraisal Skill to Rise (2023), seorang bangsawan Jepang bereinkarnasi di dunia baru dan membentuk kelompok multietnis untuk mencapai tujuannya. Hubungan antar karakter ini mencerminkan bagaimana industri anime bergantung pada kolaborasi lintas negara seperti tenaga kerja dari berbagai negara yang membantu mengerjakan animasi, latar belakang, hingga animasi kunci.

2

As a Reincarnated Aristocrat, I'll Use My Appraisal Skill to Rise (2023)

Sementara banyak yang memandang anime sebagai produk Jepang, kenyataannya proses produksinya sangat global. Studio di Tokyo sering bermitra dengan pekerja luar negeri untuk memenuhi tenggat waktu dan beban kerja yang berat, yang menjadi tantangan besar dalam industri ini.

“Slime” dan Simbol Kota Multietnis

That Time I Got Reincarnated as a Slime (2018) adalah contoh sempurna bagaimana isekai memvisualisasikan dinamika lintas budaya. Protagonisnya, Rimuru, membangun komunitas multietnis yang harmonis, lengkap dengan penginapan bergaya Jepang di tengah kota fantasi. Cerita ini mencerminkan bagaimana anime diproduksi: dengan pusat di Tokyo, tetapi melibatkan kolaborasi global.

3

That Time I Got Reincarnated as a Slime (2018)

Rimuru menunjukkan sikap inklusif, membangun aliansi dengan berbagai suku dan spesies. Gaya visual khas anime rambut warna-warni dan mata besar—memperkuat kesamaan antar karakter meski berbeda latar belakang. Hal ini serupa dengan kolaborasi antar negara dalam produksi anime, di mana gaya visual yang seragam menjadi “bahasa universal” untuk menciptakan harmoni lintas budaya.

Isekai: Optimisme terhadap Globalisasi

Di balik petualangan fantastisnya, isekai sebenarnya menyimpan pesan mendalam tentang globalisasi. Ia menggambarkan hubungan antar negara, ketergantungan pada kolaborasi, dan kekuatan budaya Jepang sebagai pusatnya. Meskipun masih ada ketegangan antara kerja sama global dan dominasi Tokyo, genre ini menawarkan harapan bahwa anime bisa terus berkembang melintasi batas, membawa cerita-cerita unik ke seluruh dunia. Dengan optimisme yang sering menjadi ciri khasnya, isekai memberikan gambaran cerah tentang masa depan anime dalam dunia yang semakin terhubung.

 

Sumber: The Japan Times

Penulis
Danindra
Danindra
bang Dan