Review Film Anime Liz and the Blue Bird (2018)
Sabtu, 8 Juni 2024 | 18:47 WIB
Kisah Liz, Side story dari Sound! Euphonium
Menceritakan karakter pendukung namun diisi dengan cerita yang penuh makna. Kejeniusan sutradara, produser, dan penulis membuat film ini memiliki pesan yang cukup dalam dan emosional hingga memenangkan Oufuji Noburou Award pada 2018 lalu.
Mereka bisa membuat cerita penuh makna ini disampaikan cukup melalui musik orkestranya. Musik yang diisi dengan penuh perasaan dan makna dari sebuah buku cerita bergambar “Liz dan Si Burung Biru”. Cerita fantasi layaknya sebuah dongeng mengenai Liz yang bertemu burung berwarna biru dan menjelma menjadi sebuah gadis.
Liz dan burung biru itu hidup bahagia namun sejatinya seekor burung, ia harus terbang bebas di angkasa. Film ini menggambarkan karakter utamanya seperti kisah Liz yang dikemas melalui musik orkestra dan tanpa disangka hidup mereka pun mirip seperti kisah Liz.
Layaknya Buku Bergambar
Visual yang dominan warna biru dan cukup “kasar” bener bener ngebuat film ini kerasa kaya buku bergambar yang dianimasikan. Cukup aneh di mata gw dan gak terbiasa apalagi cukup jauh dari anime utamanya Sound! Euphonium itu sendiri. Walau aneh, tapi ga ngeganggu gw buat nonton terus dan semakin ditonton semakin jelas alasan kenapa visualnya seperti ini.
Dominan warna biru yang bukan tanpa alasan dan sudah jelas mengikuti kisah “Si Burung Biru” yang pasti berwarna biru. Kisah Liz yang merupakan sebuah dongeng disatukan dengan visual ini berasa nonton Ghibli tapi bukan fantasy. Detail dari visualnya cukup menakjubkan. Gestur gestur tubuh dari karakternya bisa punya pesan yang sangat dalam dan tanpa disadari itulah yang berpengaruh ke karakter itu sendiri. Sekecil posisi karakter, bahkan ketika karakternya ga ngapa ngapain pun bisa punya makna sendiri.
Minim Dialog
Pada dasarnya, salah satu karakternya itu pendiem dan kaga banyak ngomong. Karena itu film ini kerasa minim dialog. Banyaknya dialog yang disampaikan dengan tenang dan tone rendah juga apa yang gw maksud “minim dialog”.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, banyak pesan yang disampaikan melalui visual dan gestur karakter. Tapi dialog-dialog yang ada juga cukup untuk menyampaikan pesan dan perasaan karakternya. Jadi, walau minim dialog film ini gak dibuat naratif. Ditambah dengan genre utamanya yaitu “music”, musik orkestra ini akan ngebuat suasana film ini tetap berisi.
Musik Yang Penuh Perasaan
Salah satu nilai jual utamanya, yaitu musik. Disinilah gw pertama kalinya bisa ngerasain musik orkestra yang penuh perasaan. Judul anime ini pun diambil dari musik utamanya yaitu “Liz and the Blue Bird”. Memang ini musik yang dibuat dan disesuaikan buat anime ini, namun ada hal unik.
Pada bagian ketiga dari orkestranya yang berjudul “Ai yue no Ketsudan” atau “Decision for Love” itu secara pribadi jadi orkestra kesukaan gw, dan di bagian inilah bagaimana sebuah pesan disampaikan melalui sebuah musik. Betapa hebatnya director, sound director dan composer bekerja sama membuat ini.
Mengambil dari kisah Liz yang harus melepas burung biru setelah bahagia bersama, musik ini pun demikian.
2 alat musik saling kejar mengejar hingga akhirnya salah satunya berhenti dan mengalah biar yang lain bisa lebih bebas. Itulah kisah Liz dan yang terjadi dengan dua karakter utamanya.
Orkestra, Pertemanan, Biru
Kensuke Ushio ngebuat ost dan bgm di anime ini dengan judul yang terdiri dari 2-3 kata dan mungkin ga ada keterkaitan diantara 3 kata itu. Contohnya adalah “wind, glass, bluebird”. Entah gw sendiri pun bingung maksudnya apa. Jejak rekamnya mas Kensuke ini juga di Koe no Katachi yang judul ost/bgmnya itu kaya punya maksud tersendiri dan perlu dikulik biar tau maksudnya.
Orkestra, pertemanan, dan biru ini adalah 3 hal yang dimaksudkan ke anime ini sendiri. Film ini akan sangat kerat kaitannya dengan warna biru, dilantuni lagu orkestra dan menceritakan tentang pertemanan. Bisa dibilang, 3 ini adalah inti film ini sendiri.
Disjoint
Salah satu hal unik lagi dari film ini yaitu ketika mulai dan selesai ada tulisan disjoint dan disjoint. Gw ganemu forum atau artikel yang ngebahas tentang ini jadi gw buat analisis sendiri. Ini juga mirip A Silent Voice tapi kebalik, dimana A Silent Voice banyak orang mukanya dicoret tapi diakhir kebuka coretannya, disini “dis” dalam kata “disjoint” dicoret ketika film selesai.
Disjoint sendiri punya arti “lepas” atau “terputus”, atau gw sempet nemu juga berarti himpunan yang saling lepas atau gak terikat. Sementara joint adalah kebalikannya dimana artinya adalah “bersama” dsb. Ini hal yang cukup aneh ketika gw cari tahu. Kenapa?
Liz dan Burung biru hidup bersama di awal, hingga akhir mereka akhirnya berpisah. Tapi kenapa disjoint itu justru di awal film sementara joint itu di akhir? Secara definisi “terikat” itu sendiri seharusnya disjoint itulah yang ada di akhir. Sampe sekarang gw belum paham maksud dari sutradaranya kenapa begini.
Experience
Ini adalah film selain Violet Evergarden movie yang bisa bikin gw terpukau dengan drama dan cerita yang ada. Kyoto Animation berhasil buat 2 karya yang bikin gw amazed bahkan ketika ditonton ulang. Gw sangat amat mengapresiasi setiap bagian pihak produksinya bisa ngebuat detail mendalam dan hal lainnya.
Sebuah masterpiece yang entah bagaimana bisa menyampaikan pesan melalui musik orkestra, body language, dan dialog yang sedikit. Gw bisa terpukau, kaget, terharu baik pertama kali gw nonton ini atau pas gw nonton ulang kemaren buat review ini.
Do you like friendship drama? you better watch this. Walau ini side story, bisa ditonton tanpa perlu nonton cerita utamanya. Tapi tetep disarankan ngikutin cerita utamanya biar lebih dapet perasaan dan background dari film ini. That’s all from me, thank you reading till the end.