Ketika harga beras di Jepang melonjak tinggi dan stok nasi tua mulai diedarkan ke pasaran, masyarakat tidak hanya mempersoalkan kualitas, tetapi juga siapa yang paling pantas menilai cita rasa nasi tersebut. Nama Gackt, seorang selebritas terkenal sekaligus ahli rasa, langsung muncul sebagai figur yang paling dipercaya untuk menilai apakah nasi tua atau “kokokomai” masih layak disantap. Kombinasi antara kepekaan lidah, reputasi dalam acara televisi, dan perdebatan soal kualitas beras menjadikan isu ini viral di jagat maya Jepang.

Kepercayaan Publik Terhadap Gackt dan Rasa Nasi Tua

Masyarakat Jepang dikenal sangat serius dalam hal kualitas nasi, karena nasi merupakan makanan pokok yang dikonsumsi setiap hari. Ketika Menteri Pertanian yang baru, Shinjiro Koizumi, memutuskan melepas stok beras dari empat tahun terakhir, publik langsung mempertanyakan kualitas rasa nasi tua tersebut. Nasi yang dipanen tahun lalu disebut “shinmai”, satu tahun sebelumnya disebut “komai”, dan semakin lama makin ditambah embel-embel “ko”, sehingga nasi dari 2021 kini dikenal dengan istilah “kokokomai” atau nasi tua tiga kali lipat.

Pada konferensi pers tanggal 30 Mei, Koizumi mengadakan sesi uji coba rasa dengan menyajikan nasi baru dan nasi tua dari berbagai tahun. Semua dimasak dengan cara yang sama dan disajikan untuk dicicipi oleh publik. “Frankly, they were all delicious,” ujarnya. Namun, banyak warga tetap skeptis dan meragukan penilaian selera lidah Koizumi karena tidak dikenal sebagai penggemar kuliner.

Gackt: Ahli Rasa yang Tak Tertandingi dalam Dunia Hiburan

Ketika publik mulai menyangsikan hasil uji rasa tersebut, nama Gackt langsung naik ke permukaan. Gackt dikenal luas bukan hanya sebagai musisi dan aktor besar, tetapi juga sebagai pemegang rekor sempurna dalam acara Geinojin Kakuzuke Check!, sebuah program TV yang menguji kemampuan selebritas dalam membedakan kualitas tinggi dan rendah dari berbagai aspek seni, termasuk kuliner.

Bahkan dalam episode terbaru acara tersebut, Gackt berhasil mengidentifikasi hidangan nasi laut berkualitas tinggi hanya berdasarkan tekstur butiran nasi, meskipun dirinya sendiri telah berhenti makan nasi selama puluhan tahun. Fakta ini membuat masyarakat percaya bahwa kepekaan lidah Gackt adalah hal yang langka dan hampir supernatural.

Publik Ingin Gackt Jadi Penentu Kualitas Nasi Tua

Reaksi netizen menunjukkan betapa besar kepercayaan publik terhadap penilaian rasa dari Gackt. Komentar seperti “Jika mereka bisa menipu Gackt dengan nasi tua, maka semua orang akan membelinya,” atau “Saya akan percaya apa pun yang dikatakan Gackt, baik buruk maupun enak,” mencerminkan betapa seriusnya orang Jepang terhadap kualitas beras yang dikonsumsi.

Meskipun ada juga yang menyindir, “Tapi kebanyakan orang bukan Gackt, dan mungkin tidak akan bisa membedakan,” pernyataan ini justru memperkuat alasan mengapa hanya Gackt yang dianggap layak menjadi penguji rasa nasi tua. Sensitivitasnya terhadap rasa dianggap bukan hanya anugerah, tapi juga beban, karena ia tak bisa menikmati makanan biasa tanpa membedakan kualitas dengan akurat.

Dunia Kuliner Jepang dan Standar Rasa yang Tak Bisa Ditawar

Di Jepang, urusan makanan, terutama nasi, bukanlah hal yang bisa dianggap remeh. Warga rela membayar lebih demi kualitas rasa nasi terbaik, dan keputusan pemerintah menjual stok lama tentu menimbulkan perdebatan besar. Oleh karena itu, melibatkan figur publik seperti Gackt yang sudah terbukti kemampuannya dalam membedakan kualitas, dianggap solusi jitu untuk meredam keresahan.

Munculnya ide agar Gackt mencicipi “kokokomai” bukan semata candaan internet, tetapi bentuk kepercayaan terhadap standar tinggi yang sudah melekat dalam dunia kuliner Jepang. Bila Gackt mengatakan “nasi tua” enak, maka sebagian besar masyarakat akan menerimanya tanpa ragu.

Sumber: ©︎ Daily Sports | Dok: © Sora News 24