Game
Pemerintah US Soroti Video Game dan Kekerasan Senjata
Pemerintah US Soroti Video Game dan Kekerasan Senjata

Kekerasan senjata di US kembali menjadi perbincangan setelah pemerintah menyoroti kemungkinan peran video game dalam meningkatnya kasus penembakan massal. Diskusi ini memunculkan pertanyaan lama tentang seberapa besar pengaruh media hiburan digital terhadap perilaku masyarakat.

Pemerintah US Selidiki Peran Video Game dalam Kasus Penembakan

Menteri Kesehatan dan Layanan Masyarakat US, Robert F. Kennedy Jr., menyebut bahwa pihaknya sedang meneliti faktor-faktor penyebab tingginya angka kekerasan senjata. Ia menyoroti penggunaan obat psikiatri, media sosial, dan video game sebagai elemen yang berpotensi memengaruhi perilaku pelaku penembakan. “National Institute of Health (NIH) sedang meneliti semua kemungkinan faktor tersebut,” ujarnya.

 

US Video Game

 

Tren penembakan massal di US disebut meningkat sejak tahun 1990-an. Hingga 2025, tercatat lebih dari 300 kasus terjadi. Diskusi ini berawal sejak tragedi Columbine 1999, ketika dua pelaku yang gemar bermain game FPS Doom menewaskan 13 orang. Sejak saat itu, video game kerap dikaitkan dengan kekerasan bersenjata di US.

Kasus terbaru adalah penembakan di Robb Elementary School, Uvalde, Texas, di mana 19 murid dan 2 guru tewas. Pelaku diketahui sering bermain Call of Duty, sehingga Activision ikut terseret dalam sorotan hukum. Namun, perusahaan tersebut membantah bahwa video game mereka mendorong aksi kekerasan.

 

US Video Game

 

Meski begitu, penting diingat bahwa video game bukan satu-satunya media yang menampilkan kekerasan. Hubungan antara game dan kekerasan senjata masih membutuhkan penelitian lebih dalam. Pemerintah US juga menekankan pentingnya rating game serta peran orang tua dalam mengawasi konten hiburan yang dimainkan anak-anak.

 

Sumber