Dampak Media Sosial pada Peningkatan Wisata Seks di Jepang
Media sosial mendorong peningkatan wisata seks di Jepang, terutama di kawasan Kabukicho dan Okubo Park, Tokyo.
Jumat, 25 April 2025 | 00:38 WIB

Fenomena wisata seks di Jepang kini semakin marak, seiring dengan meningkatnya popularitas area Kabukicho dan Okubo Park di Tokyo. Berbagai video viral di media sosial memicu ketertarikan wisatawan asing terhadap tempat-tempat yang sebelumnya tak dikenal luas. Wisata seks, media sosial, dan Kabukicho kini menjadi tiga elemen utama yang memengaruhi dinamika pariwisata modern Jepang secara signifikan.
Wisata Seks dan Media Sosial Membentuk Daya Tarik Baru di Tokyo
Kabukicho, yang selama ini dikenal sebagai pusat hiburan malam, kini berkembang menjadi magnet bagi wisata seks yang semakin populer di kalangan wisatawan asing. Berkat media sosial, wisata seks dan video viral dari Okubo Park menjadi sorotan global, meskipun sisi gelapnya jarang dibahas secara terbuka. Banyak wanita muda terlihat menunggu klien di taman tersebut, sementara wajah mereka diterangi cahaya ponsel yang merekam aktivitas yang bisa tersebar luas secara instan.
Peran TikTok dan Bilibili dalam Promosi Wisata Seks
Platform seperti TikTok dan Bilibili memainkan peran besar dalam menyebarluaskan konten yang merekam aktivitas wisata seks di Jepang, tanpa persetujuan para pelakunya. Media sosial, wisata seks, dan platform video menjadi jalur utama tersebarnya informasi ini, menjadikan kawasan seperti Okubo Park sebagai “atraksi” bagi turis asing. Beberapa video bahkan ditayangkan secara langsung dan telah ditonton ratusan ribu kali, memperkuat daya tarik negatif ini.
Faktor Ekonomi dan Meningkatnya Ketergantungan pada Klien Asing
Para wanita yang bekerja sebagai pekerja seks mengaku semakin bergantung pada turis asing karena tekanan ekonomi. Faktor ekonomi, wisata seks, dan mata uang yen yang lemah menyebabkan harga layanan menjadi semakin rendah, terutama dari klien domestik. “Turis asing cenderung tidak menawar harga dan bahkan memberikan lebih,” kata Ria, salah satu pekerja seks yang berbicara tanpa menggunakan nama asli.
Risiko Kesehatan dan Keamanan yang Mengancam Pekerja Seks
Selain tekanan ekonomi, banyak dari wanita ini menghadapi risiko besar terhadap kesehatan mental dan fisik mereka. Risiko kesehatan, wisata seks, dan kejahatan tersembunyi menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. Menurut Arata Sakamoto dari Rescue Hub, banyak wanita mengalami kehamilan yang tidak diinginkan, penyakit menular seksual, hingga pencurian atau penipuan oleh klien.
Kurangnya Perlindungan Hukum bagi Pekerja Seks di Jepang
Perlindungan hukum terhadap pekerja seks di Jepang masih sangat minim, di mana hanya layanan seksual penetratif yang dilarang secara hukum. Hukum Jepang, wisata seks, dan klien asing menjadi aspek penting yang perlu dikaji lebih lanjut untuk menciptakan sistem yang adil. “Hanya pekerja seks yang bisa dijatuhi hukuman, sementara klien tetap bebas,” ujar Sakamoto. Ia juga menyerukan adanya kampanye kesadaran dalam berbagai bahasa di area wisata utama.
Tindakan Polisi dan Strategi Menghindari Razia
Sejak Desember lalu, patroli polisi ditingkatkan di area Kabukicho dan Okubo Park, memaksa para pekerja seks untuk menyebar ke lokasi lain. Patroli polisi, wisata seks, dan strategi bertahan hidup menjadi pola baru dalam dinamika prostitusi jalanan. “Lebih aman melayani klien asing daripada orang Jepang, karena kami yakin mereka bukan polisi menyamar,” jelas Ria.
©︎ The Japan Times
Penulis

Danindra
bang DanBaca Juga
.webp)
.webp)

.webp)
