Pembalasan Dendam Hoshino Aqua | Review Live Action Oshi no Ko: The Final Act
Review film Live Action Oshi no Ko yang berjudul Oshi no Ko: The Final Act. Film ini merupakan sequel dari series live actionnya yang sudah tayang sebanyak 8 episode.
Senin, 24 Februari 2025 | 18:57 WIB
.webp)
Adaptasi serial manga Oshi no Ko menjadi sebuah Live Action berada di titik akhir, melanjutkan kisahnya dari live action sebelumnya yang berupa serial. Film ini mengambil adaptasi manga Oshi no Ko arc movie hingga akhir cerita. Apakah film ini sesuai harapan fans?
Title: Oshi no Ko: The Final Act (2025)
Genre: Drama, Fantasy, Music, Mystery, Thriller
Tempat Nonton: Tayang di Bioskop Indonesia pada 19 Februari 2025
Rating Oshi no Ko The Final Act
Akurasi Cerita
Untuk menghindari spoiler, mimin tidak akan membahas secara detail segi cerita film ini terhadap manganya. Secara garis besar, ceritanya tidak berubah dan sesuai yang ada di manga. Namun, masih ada perubahan yang cukup banyak yang sebenarnya dirasa tidak terlalu masalah untuk pengembangan ceritanya.
Perubahan yang cukup major ini seperti memiliki 2 sisi yang saling bertolak belakang. 1 sisi dari perubahan ini dapat mengungkap hal-hal yang kurang jelas dalam manganya, namun di sisi lain juga menjadi pembelokkan dari segi alur cerita aslinya meskipun tidak terlalu krusial.
Jadi apakah hal ini merugikan? Semua tergantung sudut pandang kalian.
Plot Hole
Oke karena kita tidak membahas akurasi cerita film dengan manganya, mimin meposisikan diri sebagai orang yang tidak membaca manganya. Film ini merupakan sequel dari live action versi seriesnya, tapi di awal film ini memberikan pengenalan terlebih dahulu yang sayangnya terlalu lama.
Hampir setengah film berjalan untuk pengenalan seperti mengulang prolog dari Oshi no Ko itu sendiri yang sudah diceritakan di episode 1 seriesnya. Cerita pun lompat dan berjalan seperti biasa, dengan pace cerita yang terkadang cepat dan terkadang lambat. Sayangnya lagi, terasa seperti menghemat durasi untuk mengakhiri cerita, banyak hal yang terasa terjadi begitu saja.
Sekilas plot hole ini mungkin tidak terasa, namun setelah mencapai akhir film hal ini akan membuat kita berpikir kembali kenapa hal-hal yang sudah dilalui bisa terjadi.
Indahnya Sinematografi
Hal terbaik di film ini menurut mimin adalah sinematografinya yang sangat keren. Ada beberapa adegan konser dari B-Komachi, visual yang ditampilkan bisa dibilang sangat menarik dari segi cut-to-cut dan blocking-nya. Momen dramatis, klimaks cerita, hal menegangkan, cenderung menggunakan dolly-in yang membuat kesan dramatisnya lebih terasa.
Secara sinematografi, film ini sangat bagus, namun sinematografi bukanlah segalanya dalam segi visual. Properti dan visual effect yang dibawakan sedikit mengurangi nilai film ini. Mimin ambil contoh membuat visual effect darah yang di film ini terasa sangat tidak natural dan banyak kesalahan saat memperlihatkan darah di film ini.
Praise B-Komachi
Musik dalam film ini tak perlu diragukan lagi kualitasnya. B-Komachi, membawakan lagu-lagu idol yang catchy dan seru untuk film ini. Beberapa adegan konser di dalam film menyajikan lagu mereka secara penuh, namun tidak mengurangi fokus cerita yang menitik beratkan pada balas dendam. Dari film dimulai, hingga lagu penutup, rasanya hampir setiap bagian film kita akan mendengarkan lagu B-Komachi.
Di samping lagu-lagu idol itu, soundtrack atau BGM yang digunakan dalam film tak terasa terlalu spesial. Selain kurang membekas, dialog dalam film ini cenderung sepi tanpa BGM yang dapat menambah suasana. Terkadang memang beberapa adegan lebih cocok seperti ini, namun sepertinya di film ini terlalu banyak.
Film ini untuk siapa?
Dari keseluruhan cerita film ini berjalan, mimin bisa menyimpulkan bahwa film ini seperti tidak didedikasikan untuk fans Oshi no Ko itu sendiri. Meskipun secara garis besar ceritanya tidak berubah, perubahan yang ada di film ini rasanya akan mengganjal hati para fans. Jika film ini ditujukan untuk promosi manga atau animenya, live action ini sudah kalah populer dibanding 2 hal tersebut.
Tetapi, secara filmnya sendiri bisa dibilang tidak terlalu buruk bahkan cenderung bagus. Sinematografi yang keren ditambah kualitas lagu yang tak perlu diragukan lagi, membuat live action ini sebagai sebuah film sudah cukup baik. Kekurangannya memang mungkin cerita yang dipaksakan mengikuti garis besar manganya sehingga menimbulkan beberapa plot hole.
Tagar
Penulis

Dzikri Ahmad Fauzi
Ingin menjadi sinefil tapi malas menontonBaca Juga




