Berawal Menulis Dongeng, Menjadi Penulis Cerita Dewasa | Review Film Forbidden Fairytale (2025)
Review Film Korea Selatan, Forbidden Fairytale (21+)
Rabu, 29 Januari 2025 | 20:52 WIB
Adakah dari kalian yang ingin melakukan hal yang kalian suka tapi terhambat kendala terutama dari segi ekonomi? Begitulah premis singkat dari film Forbidden Fairytale ini. Seorang wanita yang ingin menulis dongeng, meneruskan pekerjaan ayahnya yang mengharuskannya mencari pekerjaan tambahan untuk menerbitkan dongengnya. Simak review berikut.
PERINGATAN! review ini memiliki unsur dewasa seperti seksualitas, pornografi, dan sebagainya. Pastikan anda cukup umur dan bijak dalam menganggapi review ini. Terima Kasih!
Premis Film
Film Forbidden Fairytales tayang di Indonesia secara resmi pada tanggal 29 Januari 2025 dan kami berkesempatan untuk mengikut screening film ini terlebih dahulu atas undangan dari Feat Pictures. Film ini menyajikan cerita dengan unsur dewasa sebagai nilai jual utamanya yang memang sangat ditonjolkan.
Dan-bi dalam cerita ini sebagai tokoh utama bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil yang tugasnya sebagai “perlindungan remaja” walau tugas aslinya adalah sebagai sensor “film biru” agar lebih layak tayang. Namun, itu bukanlah tantangan utama yang dihadapi Dan-bi dalam cerita di film ini.
Dillema Dan-bi
Secara tidak sengaja, Dan-bi merusak spion Porsche seorang pria tua yang merupakan penulis cerita pornografi. Di sinilah perjalanan utama Dan-bi, dimana ia harus mengganti biaya spion tersebut yang sangat mahal. Setelah negosiasi dilakukan, Dan-bi ditawari menulis 20 cerita pornografi sebagai pengganti biaya ganti rugi tersebut.
Cerita pun berjalan normal layaknya film pada umumnya, dimana Dan-bi secara enggan namun terpaksa menulis cerita pornografi membuat impiannya menulis dongeng semakin terhalang. Rintangan yang dihadapi Dan-bi pun cenderung sangat umum dalam cerita sebuah film, menunjukkan kalau memang nilai jual film ini adalah unsur dewasanya.
Apa yang ditonjolkan di film ini?
Sedari menit pertama menonton bahkan poster utamanya saja sudah memberi peringatan film ini khusus dewasa, yang tentu salah satu hal yang paling ditonjolkan adalah unsur dewasanya tersebut yaitu hal pornografi. Sangat banyak adegan hubungan badan yang diperlihatkan meskipun tidak memperlihatkan bagian tubuh “inti” secara langsung.
Namun dari segi cerita, meskipun terkesan biasa saja dan sangat umum secara konsep, komedi yang disajikan cukup mengundang gelak tawa. Sayangnya, komedi ini bukan komedi umum yang cenderung kurang disukai banyak orang, terutama komedi yang mengarah ke hal berbau seksual.
Kekurangan dalam segi visual
Salah satu hal yang cukup mengganggu adalah visualnya. Sinematografi di film ini cukup aneh dengan sangat banyaknya adegan close up yang tidak diperlukan. Hal ini tentu sangat mengganggu karena close up membuat layar bioskop yang besar tersebut hanya penuh dengan wajah aktor dengan tujuan yang kurang jelas dan tidak menambah estetika sinematografi dalam film ini.
Selain itu, blocking dalam film ini juga banyak yang annoying di mata, walau memang sebagian ada yang ditujukan sebagai komedi dalam film. Color gradingnya pun tidak banyak yang on point, membuat sebagian adegan secara suasana pun kurang mendukung. Karena film adalah seni audio-visual, hal seperti ini tentu sangat krusial sebagai penilaian dan kenyamanan penonton saat menonton film.
Kesimpulan
Film ini cukup seru dan lucu untuk sebagian kalangan. Cerita yang dibawakan sangat simpel, meskipun simpel cerita dari film ini tidaklah linear begitu saja. Flim ini juga cukup berani untuk menampilkan banyak adegan seksual tanpa memperlihatkan bagian tubuh secara langsung.
Memang cukup disayangkan bahwa segi visual film ini cukup mengganggu yang menjadi poin minus. Tetapi jika memang hal-hal tersebut tidak mengganggu kalian untuk menonton, maka film ini cukup recommended. Perlu diingat bahwa film ini memiliki rating 21+, jadi pastikan kalian cukup umur ketika ingin menonton film ini.