Review Mengungkapkan Rasa Cinta Tanpa Suara | Review Hear Me: Our Summer (2025)

Hear Me: Our Summer menyajikan kisah romansa klasik antara seorang pria bernama Yong Jun yang diperangkan oleh HONG Kyung, jatuh cinta kepada Yeo-Reum yang diperankan oleh ROH Yoon-Seo sejak pandangan pertama. Jatuh cinta sejak pandangan pertama, mereka berinteraksi menggunakan bahasa isyarat. Merasa saling berada di dunia berbeda, mereka mencoba untuk saling memahami.

Serupa tapi tak sama

Hear Me: Our Summer menawarkan kisah unik namun rasanya familiar bagi kalangan otaku. Dengan konsep tuli, mungkin kalian familiar dengan anime Koe no Katachi atau A Silent Voice. Yup, kedua film ini memiliki kemiripan dengan konsep tuli dan romansanya. Namun, bukan berarti kedua film ini benar-benar menyajikan kisah yang sama atau mirip.

Jika Koe no Katachi membawa cerita yang emosional dan dramatis, Hear Me: Our Summer cenderung membawa kisah yang lebih ringan dan fokus pada kisah romansanya. Jika begitu, apakah film ini memiliki jalan cerita yang datar dan membosankan?

hros1

Cerita klasik dan umum

Jujur secara cerita ini klasik dan umum banget ditemuin di film-film atau media yang memiliki cerita lainnya. Secara kasar, storyline film ini hanyalah kisah Yong Jun yang jatuh cinta pada Yeo Reum yang awalnya manis, lalu datang halangan, diselesaikan, dan kisah berlanjut. Klasik sekali bukan?

Apakah berarti cerita ini jelek? Yang bisa mimin katakan adalah “The Romance is so wholesome”. Dengan konsep tuli, kisah romansanya dikemas dengan sangat indah dan membuat mimin turut merasa bahagia ketika adegan romansanya hadir. Saran dari gw, jangan memiliki ekspetasi apapun dan nikmatilah film ini.

Lalu muncul pertanyaan lagi, apa yang membuat kisah klasik ini bisa dikemas dengan sangat rapih?

hros2

Well Executed Film

Setiap orang berhak didukung, didengar, dirangkul, meskipun ia adalah seorang disabilitas. Kita disajikan adegan-adegan romantis yang berbeda dari biasanya, yaitu komunikasi dengan tangan alias bahasa isyarat. Mungkin hal ini yang menjadi bagian menyentuh dalam filmnya.

Hampir sepanjang film kita tidak mendengar dialog mulut, mengikuti kisah mereka dengan bahasa isyaratnya. Tapi ini gak bosen sama sekali, kita dibawa hanyut ke dalam film dari setiap dialog yang ada dengan bahasa isyarat itu. Setiap dialog yang tidak kita dengar, bisa tetep bikin baper, senang, sedih, dan lain sebagainya. Eksekusi jalan cerita yang klasik ini sangat “wah” hanya dengan bahasa isyarat.

hros3

Visual adalah audio

Ngomongin bahasa isyarat, seperti yang sudah mimin sebutkan juga bahwa hampir di sepanjang film ini kita tidak mendengar dialog, kalo bikin ratio mungkin ngomongnya sekitar 1:20. Mata kita benar-benar harus fokus dengan apa yang ditampilkan dan apa yang tertulis di closed caption. Audio yang kita dengar hanyalah bgm yang mengiringi dan menambah suasana cerita. Dolby Atmos rasanya kurang berguna di film ini wkwk.

Dengan sinematografi yang indah dan hebat, penyajian bahasa isyarat ini menjadi gak bosen sama sekali. Kita gak cuman dikasih liat tangannya aja, tapi juga ekspresi dan gestur tubuh. Maka dari itu, posisi kamera pun cenderung berubah-ubah tapi tidak membuat kita pusing. Komposisi yang pas bikin kita bisa paham perasaan dan suasana cerita meskipun tanpa suara.

hros4

Pengalaman Baru

Dari semua yang udah gw sebutin itu, yang bikin film ini spesial memang karena bahasa isyaratnya. Bahasa isyarat ini disebut mulu, emang kenapa sih? Tentu saja sebagai pengalaman baru buat mimin pribadi dalam sebuah film. Dengan sinematografi dan bahasa isyarat itu, cerita yang klasik ini bisa jadi lebih berkesan.

Poin plus juga dari cerita yang klasik ini, sebagian orang mimin rasa akan relate dengan kisah romansanya. Ngomongin relate, mimin pribadi yang memang tertarik belajar bahasa isyarat jadi makin suka dan mau belajar lebih dalam. Di sebagian website review pun banyak orang yang jadi mau belajar bahasa isyarat. Hal ini menjadi nilai positif dalam masyarakat dimana kita bisa lebih peduli pada teman disabilitas.

hros5

Personal Favorite

Tak banyak lagi yang dirasa perlu dibahas dalam film ini. Pengemasan yang indah pada storyline yang klasik dengan konsep yang menyentuh membuat film ini berhasil menyentuh hati mimin. Sebagai otaku yang jarang nonton film Korea, meskipun bukan yang terbaik tapi film ini menjadi favorit mimin pribadi.

Scene favorit mimin sendiri ada pada adegan kolam renang sebelum ending film dimana sinematografi yang indah dipadukan dengan dialog yang menyentuh membuat mimin terasa hanyut saat menonton.

hros6

Tagar
Penulis
Dzikri Ahmad Fauzi
Dzikri Ahmad Fauzi
Mau jadi sinefil tapi malas