Reviews Review Film Anime Look Back (2024)

9/10 - Look Back, film karya Tatsuki Fujimoto yang jadi perbincangan para wibu cukup menarik perhatian. Durasi film yang tidak mencapai 1 jam ini memiliki perasaan dan makna yang cukup mendalam sekalipun memang belum sempurna. Penggambaran karakter yang memiliki ego tinggi menggambarkan sifat manusia yang tak mau melihat ke belakang.

Tujuan Cerita

Look Back(1)

Kehadiran film Look Back cukup jadi perbincangan beberapa wibu. Tatsuki Fujimoto yang sudah dikenal atas karyanya yaitu Chainsaw Man membuat anime ini lebih dikenali oleh kita. Namun pertanyaannya, apa tujuan dibuatnya anime ini? apa isi cerita anime ini?

Durasi film ini sendiri ga sampe 1 jam, itupun termasuk credit scene yang artinya cukup pendek untuk sebuah film layar lebar. Ceritanya pun mengambil adaptasi dari sebuah manga one-shot yang memang tidak terlalu panjang. Lantas, apa sebenarnya tujuan dari eksistensi film ini?

Short but Deep

Look Back(2)

Durasi 57 menit ternyata cukup untuk membuat kita sebagai penonton memahami ceritanya dari awal hingga akhir. Penulisan cerita, penggambaran karakter, prolog hingga epilog semua to the point tanpa perlu adegan yang berlebihan. Banyak sekali timeskip yang terjadi namun timeskip itu pun gak bikin kita terganggu sama sekali untuk jalannya cerita.

Fokus karakternya hanya ada 2, yaitu Fujino sebagai MC utama dan Kyomoto sebagai partnernya. Mereka berdua memiliki kisah yang mirip yaitu ketertarikan akan seni dan menggambar. Hal itu pun menjawab durasi film yang sebentar ini bisa memiliki makna yang mendalam karena kedua karakternya bisa diceritakan dalam sequence yang sama tanpa perlu pindah fokus.

Rough but Beauty

Look Back(3)

Visual dari Look Back sendiri tak bisa kita bandingkan dengan film anime lain seperti karya Makoto Shinkai atau yang lainnya. Desain karakter khas Tatsuki Fujimoto ini memiliki perasaan yang cukup dalam terutama gambar kasar sepanjang film ini berjalan.

Gambar kasar ini seakan menggambarkan “Draw My Life” yang berarti gambaran hidup atau menceritakan kembali sebuah kisah. Dengan hal itu kita bisa mendapatkan perasaan yang lebih mendalam untuk cerita yang memang seperti penggambaran hidup sang MC, Fujino.

Calming audio

Look Back(4)

Kalau kalian sadar, dialog di film ini tidak terlalu banyak. Kita lebih sering mendengar musik ataupun environment audio dari latarnya. Berbeda dari Liz to Aoi Tori yang pernah gw bahas, minimnya dialog di film ini dibuat agar kita dibuat lebih fokus ke arah visual bukan dari percakapan para karakter.

Simpel, tenang, berperasaan. Mungkin itu 3 kata yang tepat untuk mendeskripsikan musik yang digunakan untuk film ini. Tidak terlalu “wah” dan mengikuti perasaan atau emosi kita sebagai penonton sesuai jalannya cerita. Musik yang tenang ini membuat tak ada rasa dominasi antara dialog ataupun musik yang digunakan sehingga kita tak menganggap ini menjadi sebuah anime musik.

Penulisan karakter

Look Back(5)

Fokus cerita dalam film ini yaitu pada kisah karakter utama beserta partnernya, Fujino dan Kyomoto. Penggambaran karakter Fujino ini gw yakin pernah dialami sebagian orang, yaitu ketika kita merasa hebat akan suatu hal dan dipuji orang sekeliling kita, akan ada perasaan kesal ketika orang lain yang lebih hebat membuat orang di sekitar kita berpaling.

Hal yang patut diacungi jempol adalah Fujino tidak meminta orang-orang fokus kepadanya atau menghampiri orang lain yang lebih hebat itu, melainkan ia belajar agar lebih baik dan membuat orang-orang di sekitarnya kembali fokus pada dirinya.

Sekilas memang karakter Fujino ini terlihat hebat karena gigih dan berdedikasi tinggi dalam menggambar manga. Namun pada akhirnya, atas perkataan orang di sekitarnya ia pun memutuskan untuk berhenti. Fujino merelakan usaha-usahanya dalam belajar menggambar hanya karena ucapan orang lain yang menyuruhnya berhenti.

Peran sebuah pendukung

Di kala Fujino merelakan mimpinya, muncullah seseorang yang menjadi pendukung Fujino. Kyomoto yang membuat Fujino merasa dirinya bukan apa-apa justru adalah orang yang menjadi pendukungnya. Fujino terlihat naif saat pertama kali bertemu Kyomoto yang kita tahu kalau Fujino punya rasa benci padanya karena merenggut kepopulerannya dalam menggambar manga.

Namun semua berubah sejak Kyomoto mengaku sebagai penggemar Fujino. Setelah momen itu terjadi, Fujino kembali terjun ke dunia seni dan membuat manga bersama Kyomoto.

Fujino yang berhenti dari dunia manga karena kalah dari seseorang dan tak ada yang mendukungnya, kembali hanya dengan satu orang yang menjadi penggemarnya. Perkataan-perkataan buruk yang didengar Fujino sebelumnya seakan angin berlalu setelah ia bertemu Kyomoto. Ia menyadari kalau menggambar manga adalah hal yang ia suka sedari dulu dan ia hanya perlu sebuah dukungan dari orang lain untuk meneruskannya.

Look Back(6)

Ego yang tinggi

Lagi dan lagi, setelah melihat hari-hari bahagia Fujino dan Kyomoto kita kembali dibuat kesal dengan tindakannya. Kyomoto yang mendadak ingin lanjut kuliah membuat Fujino kesal karena momennya bertepatan dengan manga mereka yang mendapat serialisasi. Kyomoto pun “dibuang” oleh Fujino demi mengejar serialisasi itu.

Sampai titik ini perasaan kita dibuat naik turun dengan karakter Fujino. Dari yang salut karena gigih belajar, bangga atas kerja kerasnya, sampai kecewa karena tindakannya ini. Tak dapat dipungkiri memang karakter Fujino ini realistis, ia ingin mencapai tujuan yang lebih besar walau harus “membuang” partnernya itu.

Fujino benar-benar digambarkan sebagai seorang karakter yang memiliki ego tinggi. Cara Fujino berbicara dan bahasa yang digunakan di awal film sudah menunjukkan kalau ia tak ingin kalah dari yang lain. Hal itu menggambarkan sifat manusia sendiri yang selalu ingin menang dan lebih mementingkan dirinya sendiri. Dibuktikan dengan momen ketika Kyomoto mengaku ingin kuliah kesenian pada Fujino.

Look Back(7)

Realization

Look Back(8)

Akhir cerita, Fujino pun akhirnya menyadari kalau Kyomoto memang orang yang ia butuhkan di sampingnya. Pada saat Fujino menyadari hal itu, ia sudah tak bisa kembali.

“Penyesalan datang di akhir” itu nyata adanya. Saking terpukulnya Fujino, kita sampai diberi sebuah realisasi jika “hal buruk” itu tidak terjadi pada Kyomoto. Namun sayang, hal itu hanyalah bayangan yang tak mungkin terjadi di saat ini.

Lagi-lagi kisah itu menggambarkan manusia yang selalu memiliki penyesalan di akhir tanpa memikirkannya di awal. Kita sering mendengar “Coba aja gue-” yang nyatanya hal itu tak akan terjadi. Kita hanya bisa membayangkan melakukan hal yang tidak kita lakukan dan berujung penyesalan ini, yang padahal bayangan itu pun belum tentu mengarahkan kita pada akhir yang baik.

Sebuah pesan

Film ini merepresentasikan kejadian yang menimpa studio Kyoto Animation. Amarah seseorang atas plagiarisme yang juga merugikan banyak orang lainnya digambarkan melalui kejadian yang mengenai Kyomoto pada film ini. Penyampaian yang cukup singkat namun mengenai perasaan kita.

Penggambaran karakternya mengikuti naluri alam manusia yang tak ingin kalah dan ingin selalu maju. Penamaan Look Back sendiri gw rasa adalah ingatan untuk kita ataupun Fujino untuk melihat ke belakang. Selalu melihat kedepan memang bukan hal yang buruk, namun kita harus ingat apa yang kita lalui dan bersama siapa kita melalui itu dengan melihat ke belakang.

Penulis
Maulana Yazid
Maulana Yazid
Atmin Yang Posting.