
Kontroversi mengenai penggunaan gambar berbasis AI oleh Kuil Kurumazaki di Kyoto telah memantik perdebatan sengit di dunia maya dan berujung pada insiden serius. Dukungan terhadap karya AI yang digunakan kuil tersebut memicu kemarahan dari sebagian masyarakat, hingga akhirnya mengarah pada ancaman kekerasan yang sangat mengganggu. Insiden ini membuka kembali diskusi publik mengenai batas etika penggunaan AI, serta bagaimana lembaga tradisional seperti kuil beradaptasi di era digital. Kasus yang bermula dari penggunaan ilustrasi berbasis AI itu kini berubah menjadi persoalan hukum yang melibatkan penangkapan, tekanan psikologis, hingga penutupan media sosial resmi Kuil Kurumazaki di Kyoto.
Dukungan terhadap AI di Kuil Kurumazaki Picu Reaksi Ekstrem
Kontroversi terkait AI dan Kuil Kurumazaki mencuat ketika kuil yang berlokasi di Kyoto ini mengunggah ilustrasi karakter gadis kuil atau miko hasil kreasi AI ke media sosial resminya. Ilustrasi tersebut dibuat oleh seorang seniman digital bernama Graham-san, yang memang dikenal aktif menciptakan karya berbasis teknologi AI. Dukungan kuil terhadap karya AI ini justru menimbulkan reaksi keras dari sebagian pengguna internet, memunculkan polemik tentang legitimasi dan etika penggunaan AI dalam seni tradisional. Dalam situasi ini, kata kunci seperti Kontroversi, AI, dan Kuil Kurumazaki menjadi pusat perhatian publik di Kyoto dan sekitarnya.
Ancaman Kekerasan dari Warganet Berujung Penangkapan
Antara tanggal 23 hingga 27 Maret, seorang pria berusia 38 tahun yang tinggal di Kota Yasu, Prefektur Shiga, mengirimkan sejumlah email berisi ancaman kepada pihak Kuil Kurumazaki. Dalam email tersebut, tersangka menyatakan hal-hal mengerikan seperti “Kuil sialanmu akan terbakar dalam api misterius” dan “Aku akan membunuh kalian semua,” bahkan melampirkan gambar kobaran api. Motifnya adalah rasa marah terhadap sikap kuil yang mendukung seniman AI, yang dalam hal ini adalah Graham-san. Menurut polisi Kyoto, tindakan tersebut tidak hanya membahayakan secara psikologis, namun juga telah mengganggu jalannya aktivitas kuil sehingga dapat dikategorikan sebagai bentuk penghalangan usaha. Hal ini menambah kompleksitas kontroversi AI yang menimpa Kuil Kurumazaki di kota Kyoto.
Graham-san Menanggapi Isu Gaou dan Tekanan Sosial
Seniman Graham-san turut memberikan pernyataan publik melalui media sosial terkait kontroversi AI di Kuil Kurumazaki. Ia mengungkapkan bahwa dirinya merasa lega atas penangkapan pelaku dan berharap adanya hukuman yang setimpal. Dalam pernyataannya, Graham-san mengatakan, “Saya benar-benar lega bahwa orang yang membuat ancaman itu ditangkap. Saya harap mereka mendapatkan hukuman yang pantas.” Ia juga menyoroti bahwa seseorang dari Kuil Kurumazaki harus dirawat di rumah sakit akibat tekanan psikologis dari insiden ini. Ia merasa dirinya dan pihak kuil menjadi sasaran kemarahan berlebihan yang tidak proporsional terhadap ilustrasi yang hanya menggantikan foto profil kuil di media sosial. Kontroversi ini menunjukkan betapa rentannya institusi seperti kuil tradisional terhadap dampak negatif dari opini daring, khususnya dalam isu yang berkaitan dengan teknologi AI seperti yang dilakukan oleh Graham-san.
Reaksi Publik dan Implikasi Sosial di Kyoto
Tersangka telah mengakui semua perbuatannya kepada pihak kepolisian Kyoto dengan menyatakan, “Saya marah dengan sikap mereka yang mendukung ilustrator AI.” Karena tindakan tersebut, selain dikenakan pasal ancaman kekerasan, ia juga akan menghadapi tuntutan tambahan karena dianggap menghalangi bisnis kuil. Kuil Kurumazaki yang berada di Kyoto bahkan menutup akun Twitter mereka akibat tekanan sosial dan alasan keamanan. Peristiwa ini menjadi refleksi penting atas bagaimana kontroversi kecil mengenai AI dan seni bisa berkembang menjadi ancaman nyata yang melibatkan hukum, terutama ketika berhubungan dengan lembaga budaya seperti Kuil Kurumazaki. Reaksi ekstrem seperti ini, yang dipicu oleh ketidaksepakatan atas integrasi teknologi, menyadarkan publik tentang pentingnya menjaga batas etika dalam ruang digital—terutama di wilayah sensitif seperti kota Kyoto yang sarat nilai budaya.
Rekomendasi

Shion Hinamoto Umumkan Selesai dengan karir sebagai Seiyuu
2 jam yang lalu
Novel Kunoichi Ninpōchō karya Futaroh Yamada akan Mendapat Adaptasi Manga
6 jam yang lalu
Manga World Trigger Kembali Hiatus karena Kondisi Kesehatan Sang Mangaka
6 jam yang lalu.webp)
Nonton Donghua To Be Hero X Episode 18 Sub Indo, Preview dan Jadwal Rilis
6 jam yang lalu