Jepang
Kenaikan Harga Tanah di Jepang Didorong oleh Sektor Pariwisata
Kenaikan Harga Tanah di Jepang Didorong oleh Sektor Pariwisata

Harga tanah di Jepang mengalami peningkatan signifikan pada tahun 2025, mencerminkan dampak besar dari pertumbuhan sektor pariwisata dan proyek pembangunan di wilayah perkotaan. Berdasarkan data pemerintah, rata-rata harga tanah di Jepang naik 2,7 persen, menunjukkan tren positif yang berlanjut selama empat tahun berturut-turut. Faktor utama dari lonjakan ini adalah meningkatnya nilai tanah di kawasan wisata serta kemajuan infrastruktur transportasi publik.

Harga Tanah di Jepang Naik Tajam Berkat Pariwisata

Harga tanah di Jepang pada tahun 2025 tercatat naik 2,7 persen, menjadikannya laju kenaikan tertinggi sejak metode penghitungan harga tanah diubah pada tahun 2010. Lonjakan ini menjadi yang tercepat untuk tahun kedua berturut-turut dan mencerminkan dampak langsung dari meningkatnya sektor pariwisata di Jepang. Wisatawan domestik dan internasional yang terus membanjiri lokasi-lokasi terkenal telah mendorong permintaan dan nilai tanah, memperkuat peran pariwisata sebagai motor utama pertumbuhan harga tanah di berbagai wilayah Jepang.

Pertumbuhan harga tanah juga terlihat di wilayah perkotaan yang mengalami pembangunan besar di sekitar stasiun kereta api. Selain itu, survei Badan Pajak Nasional Jepang menunjukkan bahwa penghitungan dilakukan berdasarkan harga tanah per meter persegi di jalan utama, yang digunakan untuk menentukan pajak warisan dan hibah. Survei ini mengandalkan data transaksi aktual dari Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi, dan Pariwisata, yang memperkuat validitas pengukuran terhadap tren harga tanah di Jepang seiring berkembangnya sektor pariwisata.

Wilayah-Wilayah dengan Kenaikan Harga Tanah Tertinggi

Berdasarkan data per prefektur, Tokyo mencatat kenaikan harga tanah tertinggi sebesar 8,1 persen, diikuti Okinawa dengan 6,3 persen dan Fukuoka dengan 6,0 persen. Jumlah prefektur di Jepang yang mengalami pertumbuhan harga tanah meningkat dari 29 pada tahun 2024 menjadi 35 pada tahun 2025. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi lokal yang didorong oleh pariwisata dan pengembangan kota turut memperkuat tren naiknya harga tanah di Jepang.

Salah satu contoh signifikan terdapat di Jalan Kaminarimon, distrik Asakusa Tokyo, yang mengalami lonjakan harga tanah sebesar 29 persen. Ini menjadi kenaikan tertinggi di ibu kota, mencerminkan bagaimana lokasi wisata utama di Jepang sangat dipengaruhi oleh arus pengunjung. Di luar Tokyo, desa Hakuba di Prefektur Nagano dan kota Furano di Hokkaido juga mengalami kenaikan tajam, masing-masing sebesar 32,4 persen dan 30,2 persen. Kenaikan harga tanah di Jepang ini secara jelas menunjukkan hubungan erat antara nilai tanah dan pertumbuhan pariwisata di berbagai daerah.

Menurut Fumiko Watanabe dari NLI Research Institute, “Kawasan yang populer di kalangan wisatawan asing diperkirakan akan terus mengalami kenaikan harga tanah tertinggi, karena jumlah pengunjung ke Jepang terus mencapai rekor tertinggi.” Hal ini menguatkan prediksi bahwa pariwisata akan terus menjadi faktor utama dalam menentukan arah pasar properti dan harga tanah di Jepang.

Dampak Infrastruktur dan Wilayah dengan Penurunan Harga Tanah

Selain pariwisata, pengembangan infrastruktur transportasi turut mendongkrak harga tanah di Jepang. Stasiun Omiya di Saitama dan Stasiun Chiba di Chiba mencatat lonjakan harga tanah masing-masing sebesar 11,9 persen dan 11,2 persen. Kemudahan akses transportasi serta proyek pembangunan kembali menjadi faktor kunci yang mendorong naiknya nilai tanah di wilayah tersebut. Kenaikan harga tanah ini mempertegas pentingnya integrasi antara fasilitas publik dan pariwisata dalam pengembangan wilayah di Jepang.

Namun, tidak semua daerah mengalami tren positif. Sebanyak 12 dari 47 prefektur di Jepang masih mengalami penurunan harga tanah. Prefektur seperti Niigata, Yamanashi, Nara, dan Kochi mengalami penurunan harga lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya. Di sisi lain, Prefektur Ishikawa yang sempat dilanda gempa besar pada awal tahun lalu, mencatatkan kenaikan tipis sebesar 0,7 persen, meskipun harga tanah di Wajima anjlok hingga 16,7 persen akibat kerusakan parah dari bencana tersebut. Ini menunjukkan bahwa bencana alam masih menjadi faktor penting yang memengaruhi kestabilan harga tanah di Jepang meskipun sektor pariwisata terus berkembang.

Tanah termahal di Jepang selama 40 tahun berturut-turut tetap berada di depan toko alat tulis Kyukyodo di distrik Ginza, Tokyo. Harganya mencapai 48,08 juta yen atau sekitar 334.000 dolar AS per meter persegi, mengalami kenaikan sebesar 8,7 persen dari tahun sebelumnya. Fenomena ini menegaskan bagaimana lokasi premium yang berdekatan dengan pusat komersial dan pariwisata tetap menjadi aset strategis dalam pasar tanah di Jepang.

 

Sumber: ©︎ Sora News 24 | Dok: © Piexels