Anime
Guru Sebut Penonton Anime Kriminal, Justru Terjerat Kasus Kejahatan
Guru Sebut Penonton Anime Kriminal, Justru Terjerat Kasus Kejahatan

Kasus mengejutkan kembali mengguncang dunia pendidikan di Jepang setelah seorang guru yang dulu kerap menyalahkan anime atas perilaku menyimpang, justru ditangkap karena kasus kriminal serius. Peristiwa ini menyita perhatian publik karena ironi pernyataan sang pelaku di masa lalu yang kini berbalik menjerat dirinya sendiri. Kasus tersebut menguak praktik voyeurisme terhadap anak-anak oleh sejumlah pendidik dan mengguncang kepercayaan masyarakat terhadap institusi pendidikan.

Guru Anti-Anime Terlibat Kasus Kriminal di Dunia Pendidikan

Fumiya Kosemura, seorang guru sekolah dasar berusia 37 tahun dari Yokohama, menjadi pusat perhatian setelah terungkap sebagai bagian dari jaringan kriminal di dunia pendidikan Jepang. Ironisnya, di masa mudanya, Fumiya dikenal sebagai sosok yang mengecam budaya anime. Ia bahkan pernah berkata “Orang yang nonton anime jadi kriminal,” dan aktif mengolok-olok para penggemar anime di sekolah. Pernyataannya itu kini menjadi bumerang setelah dirinya terbukti melakukan tindakan melanggar hukum yang sangat memalukan.

Kasus ini terkuak setelah penangkapan guru lain, Shota Suito, yang mencoreng dunia pendidikan dengan tindakan menjijikkan. Ia ditangkap setelah menumpahkan air mani pada seorang gadis berusia 15 tahun di stasiun Nagoya. Lebih jauh, penyelidikan mengungkap ia juga mencampur air maninya dalam makanan siang sekolah dan mengoleskannya pada perekam siswa. Kasus ini menambah daftar panjang tindakan kriminal yang melibatkan oknum pendidik, dan menyeret beberapa guru lainnya.

Menurut pihak berwenang, kelompok guru ini beranggotakan sekitar sepuluh orang dan telah aktif selama lebih dari satu tahun. Mereka saling bertukar gambar dan video siswa dalam situasi membahayakan, yang diambil secara diam-diam saat jam sekolah berlangsung. Beberapa dari gambar tersebut memperlihatkan tindakan voyeurisme yang jelas merupakan pelanggaran serius terhadap etika dan hukum pendidikan, serta menempatkan para pelaku sebagai kriminal kelas berat.

Masa Lalu Guru Fumiya Kosemura dan Sentimen Negatif terhadap Anime

Temuan lain yang mencengangkan datang dari para teman sekelas Fumiya Kosemura. Dalam wawancara dengan media Jepang, mereka mengungkap bahwa Fumiya adalah siswa populer, atletis, dan sangat membenci anime. Ia dikenal aktif mengejek penggemar anime seperti Sakura Card Captor dan Love Hina, dua serial yang sangat populer di masanya. Ia bahkan secara terang-terangan berkata bahwa menonton anime bisa membuat seseorang menjadi kriminal.

Fumiya merupakan lulusan sekolah elit di Kanagawa dan sempat memiliki citra baik di kalangan masyarakat. Ia dipanggil “Kose” oleh teman-temannya dan dikenal sebagai pemuda yang tidak tertarik pada isu seksual saat masa sekolah. Fakta bahwa ia justru kini menjadi bagian dari jaringan kriminal di dunia pendidikan mengejutkan semua orang yang mengenalnya, memperlihatkan bagaimana citra luar sering kali menipu.

Dalam kasus ini, tidak ditemukan riwayat pelanggaran atau laporan keluhan terhadap Fumiya maupun guru lain yang terlibat. Hal ini menunjukkan bahwa mereka berhasil menyembunyikan perilaku menyimpang mereka dari pihak sekolah dan masyarakat, hingga akhirnya terbongkar oleh penyelidikan menyeluruh dari kepolisian.

Dampak Besar terhadap Sistem Pendidikan Jepang

Reaksi keras datang dari berbagai pihak, termasuk Menteri Pendidikan Jepang, Toshiko Abe, yang menyatakan kemarahannya secara terbuka. Ia menuntut investigasi menyeluruh atas kasus ini serta langkah konkret untuk mencegah kejadian serupa di masa depan. Pemerintah Kota Yokohama merespons cepat dengan memerintahkan sekitar 500 sekolah di kota tersebut untuk memeriksa seluruh fasilitas dari kemungkinan alat perekam tersembunyi.

Sementara itu, di Nagoya, langkah lebih jauh sedang dilakukan. Sebuah komisi independen akan dibentuk pada bulan Juli untuk menyelidiki lebih dari 12.000 pegawai sekolah negeri. Kasus ini menjadi pelajaran pahit bahwa sistem pengawasan dalam pendidikan harus diperketat agar tidak dimanfaatkan oleh oknum guru yang menyembunyikan perilaku kriminal di balik seragam profesional mereka.

Lebih dari 70 rekaman siswa di bawah umur ditemukan dalam penggeledahan terhadap kelompok guru tersebut. Keberadaan rekaman tersebut menjadi bukti kuat atas tindakan kriminal yang merusak kepercayaan masyarakat terhadap institusi pendidikan. Banyak pihak kini menilai bahwa perlindungan terhadap anak-anak di lingkungan sekolah harus menjadi prioritas utama.