Game
Gerakan Stop Killing Games Dinilai Bisa Mengganggu Kinerja Pengembang
Gerakan Stop Killing Games Dinilai Bisa Mengganggu Kinerja Pengembang

Belakangan ini, kampanye Stop Killing Games menjadi salah satu topik yang paling banyak diperbincangkan di kalangan gamer, streamer, hingga YouTuber. Gerakan ini mendapat dukungan besar karena dianggap penting bagi masa depan industri gim.

Namun, di balik antusiasme tersebut, terdapat sejumlah pihak yang tidak sepakat dan justru menganggap gerakan ini bisa menimbulkan dampak negatif bagi industri video game. Salah satu suara penentang datang dari Video Games Europe, sebuah asosiasi industri game ternama di benua Eropa.

Melalui pernyataan resminya, Video Games Europe menyampaikan bahwa mereka menolak gerakan Stop Killing Games karena dianggap bisa membatasi ruang gerak serta efisiensi kerja studio pengembang. Salah satu kekhawatiran utama adalah soal penutupan server online yang dianggap tidak bisa dilakukan sembarangan, mengingat adanya aspek hukum yang kompleks.

Mereka juga menyoroti salah satu tuntutan dalam gerakan tersebut, yaitu menyediakan server pribadi saat suatu game dihentikan. Menurut Video Games Europe, hal itu bukan solusi yang realistis karena menimbulkan masalah hukum dan memerlukan sumber daya tambahan yang besar.

Menanggapi pernyataan tersebut, Ross Scott selaku inisiator gerakan menyampaikan ketidakpuasannya lewat platform X/Twitter. Ia menyebut argumen dari pihak asosiasi tersebut lemah dan mudah dipatahkan. Ross juga berencana memberikan tanggapan lengkap dalam bentuk video yang akan diunggah di kanal YouTube miliknya, Accursed Farms.

Hingga artikel ini dibuat, petisi Stop Killing Games telah mengumpulkan lebih dari 1,24 juta tanda tangan dan terus bertambah, didorong oleh sorotan luas di media sosial dan platform video.

 

Sumber: ©︎ Gamebrott