Pop Kultur
Ibu di Jepang Dikecam Karena Menjual Pakaian Bekas Kotor Anak
Ibu di Jepang Dikecam Karena Menjual Pakaian Bekas Kotor Anak

Dunia maya Jepang tengah dihebohkan oleh aksi seorang ibu yang menjual pakaian bekas kotor, milik putrinya yang masih berusia 14 tahun, di salah satu platform jual beli daring terbesar di Jepang. Kasus ini menarik perhatian publik karena berkaitan dengan isu eksploitasi anak, praktik e-commerce, dan potensi pelanggaran norma sosial yang berlaku. Dalam unggahan tersebut, sang ibu mencantumkan deskripsi detail yang menyebutkan bahwa pakaian yang dijual kotor karena digunakan dalam sesi pemotretan, bahkan mendorong calon pembeli untuk mencari gambar sang anak saat mengenakan pakaian tersebut.

Penjualan Pakaian Kotor Anak Picu Reaksi Keras Publik

Kasus ini pertama kali mencuat setelah Yahoo News Japan melaporkan aktivitas penjualan tersebut di platform Mercari, yang sering dijuluki sebagai “eBay versi Jepang”. Gambar tangkapan layar dari daftar barang yang dijual segera menyebar luas di media sosial dan memicu gelombang kritik dari masyarakat daring. Pakaian yang dijual memiliki harga antara 3.800 yen hingga 12.345 yen, jauh di atas harga asli, meskipun berasal dari merek murah seperti SHEIN. Netizen mengecam tindakan tersebut sebagai bentuk eksploitasi anak, dan menyebutnya sebagai pola asuh yang buruk serta manipulatif. Komentar seperti “Mengambil untung dari anak Anda adalah pola asuh yang beracun” menggambarkan betapa dalamnya kekecewaan publik terhadap tindakan sang ibu.

Penjualan pakaian bekas memang lumrah dalam sistem e-commerce Jepang, namun menurut para ahli, barang yang dijual seharusnya dicuci dan tidak dalam keadaan kotor. Yang membuat kasus ini semakin mencurigakan adalah deskripsi yang menekankan bahwa pakaian “banyak kotoran dari pemotretan di air dan karena duduk di tanah”. Penyorotan kondisi kotor ini diduga kuat merupakan cara untuk menarik minat pembeli dengan preferensi tertentu, yang dapat menjurus pada fetishisme pakaian anak.

Dugaan Tindakan Burusera dan Pelanggaran Etika

Platform Mercari secara tegas melarang segala bentuk penjualan yang berhubungan dengan praktik Burusera, yakni penjualan barang pribadi seperti seragam sekolah atau pakaian dalam dari gadis-gadis muda untuk tujuan fetish. Praktik ini dikategorikan sebagai pelanggaran berat, mengingat potensi bahayanya terhadap perlindungan anak dan norma publik. Menyorot aspek kebersihan atau menyarankan untuk melihat foto sang anak dalam pakaian tersebut menimbulkan indikasi kuat bahwa penjualan ini berpotensi masuk dalam kategori yang dilarang oleh platform.

Dalam pembelaannya di Twitter, sang ibu menuliskan, “Saya bahkan tidak tahu Mercari terkait dengan Burusera. Saya hanya menjual pakaian yang tidak lagi muat.” Namun, banyak pengguna media sosial tidak menerima alasan tersebut, karena langkah ibu tersebut memasukkan deskripsi eksplisit dan mengaitkannya dengan foto anaknya dianggap sangat tidak pantas. Perilaku ini memperkeruh citra e-commerce Jepang, serta meningkatkan kewaspadaan terhadap penjualan daring barang-barang pribadi anak di bawah umur.

Industri Anak-Anak dan Potret Eksploitasi Modern

Putri dari sang ibu diketahui merupakan model anak-anak yang aktif mengikuti berbagai sesi pemotretan untuk merek-merek busana. Hal ini menjadi latar belakang munculnya reaksi keras, terutama karena anak tersebut pernah difoto dalam busana yang dianggap terlalu dewasa untuk usianya. Seorang editor dari majalah idola anak menyatakan bahwa pilihan pakaian dan pose yang ditampilkan dalam pemotretan-pemotretan sebelumnya dapat turut andil dalam membentuk persepsi negatif terhadap penjualan tersebut.

Menariknya, kasus ini mengingatkan publik pada peristiwa serupa yang terjadi pada bulan Mei lalu, ketika seorang anak idola juga menjadi sorotan karena pemotretan yang tidak sesuai dengan konteks usianya. Dalam foto tersebut, anak perempuan itu tampak memasukkan dua mentimun ke dalam mulutnya dan memegangnya dengan kedua tangan. Meskipun awalnya dimaksudkan untuk menampilkan gaya hidup sehat, publik menilai pemotretan itu memiliki konotasi seksual yang tidak pantas bagi anak. Foto tersebut akhirnya dihapus dari profil sang anak karena mendapat banyak kecaman dari masyarakat.

Kasus-kasus ini menimbulkan pertanyaan serius tentang batas etika dalam industri hiburan anak dan bagaimana orang tua, fotografer, serta media perlu lebih bertanggung jawab dalam melindungi martabat serta keamanan psikologis anak di bawah umur.

 

Sumber: ©︎ Crazy For Anime Trivia | Dok: © AI Generative by Gemini AI