Review
Review Film Your Letter | Mengangkat Isu Bullying di Korea Selatan
Review Film Your Letter | Mengangkat Isu Bullying di Korea Selatan

 

Film animasi asal Korea Selatan, ‘Your Letter’ membawakan kisah drama yang menegangkan dan penuh misteri, mencari seseorang dengan bermodalkan rangkaian surat yang ditemui tokoh utama kita. Bagaimana kisah ini berjalan?

Premis yang Menjanjikan

Your Letter

Sebelum memulai review ini, mari kita berkenalan dengan filmnya terlebih dahulu. Karakter utama kita, Lee So Ri merupakan siswi pindahan yang secara tidak sengaja menemukan surat di kolong mejanya. Surat tersebut memperkenalkannya dengan lingkungan sekolah ini dan secara tidak sadar mempertemukannya ke siswa bernama Park Dong Sun. Berdua, mereka terus mengikuti surat yang ditulis oleh mantan siswa sana.

Oke dari sinopsis ini yang juga ada di internet, kedengarannya cukup sederhana dan menjanjikan. Kita bisa melihat bahwa arah cerita di film ini bisa mengarah ke drama romantis yang cukup umum. Sinopsis memang pengenalan pada sebuah film, namun kenyataanya —

Kontradiksi Prolog

Your Letter

Film dimulai dengan cukup sederhana, namun isu yang diangkat di awal film adalah tentang bullying. Tenang, ini bukan spoiler. Bullying ini seolah tema atau isu utama dalam film ini yang terus dibahas hampir sepanjang film. Sinopsis tentang surat itu tidak bohong, namun ‘surat’ yang ada di judul dan sinopsis seolah pengantar saja untuk isu utamanya yaitu bullying.

Apakah buruk? Tidak. Pengangkatan isu bullying ini cukup bagus dan dibawakan dengan baik di filmnya. Gambaran bullying juga cukup mengerikan bahwa hal ini terjadi di mana-mana dan bisa terjadi ke siapa saja. Storytelling dalam mengangkat isu bullying ini dan kaitannya pada cerita utama MC yang mencari surat dibawakan dengan cukup baik, tak ada kesan dipaksakan agar saling berkorelasi namun tetap bisa menyatu seolah antara bullying dan mencari surat ini menjadi hal yang saling berkaitan.

Eksekusi Cerita yang Aneh

Your Letter

Storytelling di film ini memang cukup baik, penyampaian ceritanya tak terkesan dipaksakan meskipun mengangkat 2 tema yang berbeda. Namun, tetap ada hal yang sedikit terkesan aneh yaitu eksekusi cerita ke endingnya. Bullying merupakan salah satu isu utama di film ini yang dibawa hampir di keseluruhan film. Yup, ‘hampir keseluruhan film’ bukan dari awal hingga akhir.

Konflik cerita mengenai bullying ini berakhir di tengah menuju akhir film, dan endingnya tidak berkaitan sama sekali dengan bullying. Cerita di film seolah membuka cabang baru dan memulai kisah untuk membuat eksekusi ending yang kesannya jadi aneh. Isu bullying yang diangkat dengan cukup baik seolah sia-sia dibawa di cerita film ini. Jika kita kembali melihat sinopsisnya, memang tak ada isu bullying yang diungkit di sana. Namun dengan pembangunan cerita yang cukup baik ini, untuk apa membuat cabang baru yang terkesan memaksakan korelasi ke endingnya?

Warna Visual yang Cerah

Your Letter

Terlepas dari eksekusi ending cerita yang terkesan aneh, visual di film ini cukup menjanjikan. Jika dibilang gaya animasinya mengikuti anime, bisa dibilang iya. Namun, dari art style serta pewarnaan jujur ini benar-benar terlihat seperti webtoon yang dianimasikan dalam artian baik.

Gambarnya cukup detail dan tidak terlalu mengarah ke 1 fokus subjek atau objek saja. Penggunaan warna dengan saturasi yang tinggi juga cukup baik tanpa membuat visualnya over-saturated. Desain karakternya terlihat seperti anime-anime pada umumnya yang dipadukan dengan gaya ala webtoon. Perlu dicatat juga, mungkin tidak semua orang menyukai gaya desain seperti ini.

Musik yang Bagus & Dubbing yang tak maksimal

Your Letter

Dari prolog film ini, pembawaan musiknya cukup tepat dan mengisi suasana dengan baik. Momen momen hangat terasa lebih indah dan adegan-adegan tegang menjadi lebih mendebarkan. Namun, musik yang indah ini tidak disempurnakan lagi melalui dubbing karakternya.

Beberapa adegan dengan dialog tegas terasa kurang intense dan dialog-dialog dengan suasana lain pun demikian. Suara karakter terutama karakter utama kita cenderung datar, ekspresinya seolah tidak terlalu dikeluarkan. Acting dan Voice Acting adalah 2 hal yang berbeda. Korea mungkin dikenal dari drakor atau film-film Korea lainnya yang sudah dikenal dunia dengan aktornya yang sangat baik, namun dunia voice acting Korea sepertinya perlu pengalaman yang lebih banyak.

Seru Meski Tak Berarah

Your Letter

Sebagai kesimpulan, bisa dikatakan bahwa film Your Letter ini cukup seru untuk dinikmati bahkan untuk santai sekalipun. Tak bisa berkomentar banyak apakah film ini bagus atau tidak jika kita melihat sudut pandang penonton kasual yang hanya sekedar menikmati sebuah film.

Meskipun begitu, memang menurut penulis film ini seolah tak memiliki arah pasti. Isu bullying yang diangkat sudah cukup baik namun entah bagaimana film ini tak mengarah ke akhir yang berkaitan dengan bullying tersebut. Kesannya jadi sedikit aneh, membingungkan, namun seperti yang disebut sebelumnya, film ini cukup seru untuk dinikmati.

Jadi, apakah kamu tertarik untuk menonton film ini?

 

Tagar