Jepang
Guru di Jepang Lawan Xenophobia di Sekolah
Guru di Jepang Lawan Xenophobia di Sekolah

Fenomena xenophobia di sekolah kini menjadi perhatian serius para guru di Jepang. Melalui gerakan kolektif, guru di Jepang mengingatkan pentingnya kesetaraan bagi seluruh siswa. Sikap diskriminatif dianggap merusak kehidupan sosial, sehingga guru, Jepang, dan xenophobia menjadi isu mendesak untuk segera ditangani.

Guru di Jepang Menolak Xenophobia di Sekolah

Guru di Jepang baru-baru ini mengeluarkan pernyataan darurat terkait meningkatnya slogan diskriminatif seperti “Japanese First” yang muncul pada pemilu Majelis Tinggi. Guru di Jepang khawatir xenophobia di sekolah akan menular pada siswa dan merusak kehidupan di Jepang. Karena itu, para guru menekankan pentingnya sikap tegas untuk menghapus segala bentuk xenophobia di sekolah.

Petisi Guru Jepang Melawan Xenophobia

Melalui kelompok bernama Zengaikyo atau Dewan Nasional untuk Pendidikan Warga Asing di Jepang, para guru meluncurkan petisi online. Guru di Jepang menuntut dewan pendidikan agar memperkuat komitmen menolak xenophobia di sekolah. Petisi ini bertujuan agar kehidupan di Jepang tetap ramah dan semua anak dapat belajar dengan tenang. Inisiatif ini juga menjadi simbol bahwa guru, Jepang, dan xenophobia adalah isu penting yang saling berkaitan.

Kasus Diskriminasi di Sekolah Jepang

Atsushi Funachi, seorang guru SMA di Prefektur Kanagawa sekaligus ketua kelompok tersebut, mengungkapkan kasus nyata xenophobia di sekolah. Ia menyebutkan anak-anak berlatar belakang Korea pernah mengalami diskriminasi setelah Korea Utara meluncurkan rudal. Guru di Jepang itu juga menjelaskan bahwa banyak siswa sekolah dasar tidak menyadari jika mereka dilukai oleh ucapan teman. Hal ini menunjukkan bahwa xenophobia di sekolah berdampak pada kehidupan anak-anak di Jepang.

Ajakan Guru Jepang untuk Sikap Tegas

Funachi menegaskan perlunya guru, sekolah, dan dewan pendidikan menunjukkan sikap tegas menolak xenophobia di sekolah. Guru di Jepang percaya bahwa dengan langkah konkret, kehidupan di Jepang akan menjadi lebih setara. Rencananya, tanda tangan petisi melawan xenophobia di sekolah akan diserahkan ke dewan pendidikan di seluruh Jepang sebelum akhir Agustus.

Data Anak Inklusif di Jepang

Survei dari Kementerian Pendidikan Jepang tahun fiskal 2024 mencatat ada 150 ribu anak asing di SD, SMP, dan SMA. Guru di Jepang menilai angka tersebut kemungkinan lebih besar, sebab tidak termasuk anak-anak berkewarganegaraan Jepang dengan orang tua asing. Fakta ini menunjukkan kehidupan di Jepang semakin multikultural, sehingga xenophobia di sekolah harus segera diatasi. Perlindungan terhadap anak asing menjadi tanggung jawab guru, Jepang, dan masyarakat luas.